Jumat, 09 Januari 2015

Comeback

COMEBACK #8

 

...

5 menit.. 10 menit.. Setengah jam..

"Aduh, rata-rata pada balas 'gak tau' . Kamseupay deh, anak-anak 7.2 pada gak tau" gerutuku
"Lha ? Emang kamu bukan anak kelas 7.2 ?" tanya Manda
"Aku anak kelas 7.2 kok" ucapku sedikit polos
"Emang kamu tau, itu nomer siapa ?" tanya Manda
"Enggak.." aku menggeleng
"Nah, berarti kamu kamseupay juga dong, Na ! Kamu anak 7.2 dan gak tau itu nomer siapa" ujar Manda
"Eh..Oh..Iya.. Gak jadi deh." ujarku
"Ih, Nina ada-ada aja" ujar Wieta.

Trrtt..Trrttt.. Getaran sms mengejutkanku.

"Siapa, siapa ?" tanya Wieta dan Manda yang langsung merapat ke dekatku
"Dikka" ujarku sambil membuka balasan dari Dikka

|Itu, numb ny FAZHA yg katanya dia sih gak aktif lagi. Kenapa ?| itu balasan dari Dikka

"Hah ? Tuh, kan bener dugaanku juga Fazha !!" ujar Manda
"Fazha ? Mau apa lagi sih, anak itu ?" tanyaku
"Dia gak bakalan berhenti merebut kebahagiaan orang lain sebelum dia bahagia" ujarku dengan gaya lebay mode on
"Hmmm.." Wieta terdiam
"Terus apa ?" tanya Manda
"Nda, besok temenin aku ke rumahnya Fazha ya ?" ujarku tiba-tiba
"Hah ? Ke Istana nya Nenek Sihir ?" tanya Manda
"Iyapp.." ujarku
"Hmm, oke deh. Aku juga tertantang untuk ke sana" ujar Manda

***

Sayangnya, hari ini aku ada kegiatan menjadi penyiar di Radio bersama Rio dan Erza seperti biasa, dan Manda haru latihan basket. Jadi terpaksa aku ke rumah Fazha sendirian, tapi, untung saja Rio mau menemaniku. Jadi, pukul 17.00 kami sudah melaju di jalan raya dengan sepeda masing-masing, rumah Fazha di dekat sekolah, tepatnya di kompleks sebelah.

"Kenapa sih, loe gak ngajak Faiz ? Dia kan pac.." ucapan Rio terhenti
"Uh, gak usah bawel deh. Kalau gak mau gue ajak bilang. Faiz ada latihan basket dan gue gak mungkin ngajak dia ke rumah Fazha, yo" ujarku sedikit sewot
"Kenapa ?" tanya Rio sambil membetulkan letak kacamatanya
"Fazha man.." jawabanku terpotong
"Oh iya, gue tau, gue tau. Kemarin gue nguping pas loe ngobrol ama Wieta dan Vee. Hehe. Dia mantannya Faiz kan ?" ujar Rio
"Iya, ah loe. Hobbynya nguping mulu" ujarku
"Yee, baru sekali doang" ujar Rio

Ini dia, rumah bercat abu-abu putih dengan nomer 38. Rumah Fazha, dari luar rumah ini nampak sepi. Aku memencet bel di dekat pagar.

"Spadaa..." ujar Rio
"Ih, elo spadaa sepeda segala.." ujarku
"Hehe" Rio nyengir
"Siapa ?" tanya Fazha lewat phone di dekat bel
"Penyiar sekolah" ujarku lagi
"Siapa ya ?" tanya Fazha
"Nina Arisa Putri dan Ario Putra" ujarku sedikit kesal
"Oh, masuklah. Eits. Jangan sentuh pagarnya jika kamu tidak ingin tersetrum. Tunggu sampai pagarnya terbuka sendiri" ujar Fazha

Beberapa detik kemudian pagarnya terbuka sendiri.
"Wih, canggih bro" ujar Rio
"Jangan bersikap norak. Santai saja. Kita akan memasuki rumah nenek sihir, jadi berdoalah" ujarku dengan wajah datar seperti di film-film. Hahaa
"Oke.." Rio ikut berwajah datar

"Fazha.. ada yang baru nih" ujar Rio di depan pintu sambil sedikit nyengir
"Ih, udah ! Jangan becanda. Nenek Sihir susah diajak becanda tau !!" ujarku
"Oke, deh. Tuan Putri.." ujar Rio
"Arghh.." aku sedikit geram
"Eh, loe berdua rupanya. Ayo masuk, ngapain melongo di luar gitu" ujar Fazha
"Iya" aku dan Rio tersenyum datar
Rio sempat terhenti di pintu utama
"Ini gak ada listriknya kan ?" ujar Rio norak
"Enggak, tenang aja. Silahkan duduk, sofa-nya juga gak ada listriknya kok" ujar Fazha
"Huft.." Rio bernafas lega
Aku mencubit lengannya
"Loe malu-maluin banget sih, Yo !!" bisikku pelan
Rio hanya meringis akibat cubitanku

"Hmm, tunggu gue ambil minum. Mau minum apa ?" tanya Fazha
"Eh, gak usah repot Nek, eh, Zha.." ujar Rio gugup
"Biasa aja kali, mau minum apa ?" tanya Fazha
"Gue, mau orange juice aja" ujar Rio
Aku mencubit pinggang Rio lagi
"Loe ada-ada aja" bisikku pelan
"Kamu, Na ?" tanya Fazha
"Terserah, aja. Zha" ujarku

Fazha masuk ke dalam.

"Huft, sakit tau, Na !!" rintih Rio
"Gue nyubit gak kenceng-kenceng amet kok" ujarku
"Huft, gue hampir aja salah ngomong, hampir aja gue panggil nenek sihir" ujar Rio
"Untung aja enggak. Sampai loe sebut nenek sihir mungkin udah gue jitak loe" ujarku
"Hmmm.." Rio terdiam, daripada ia menjawab Oh, mungkin ia akan dapat jitakan dariku lagi. Seperti Erza yang ku kejar kemarin.

2 menit kemudian, Fazha membawa dua gelas orange juice.

"Maaf ya, lama" ujar Fazha sambil tersenyum, baru kali ini aku melihat Fazha tersenyum tulus
"Makasih" ujarku
"Ada apa ?" tanya Fazha
"Gue mau omongin soal Wieta" ujarku yang langsung menatap Fazha
Fazha terdiam
"Yang neror Wieta loe kan ?" tanyaku
Fazha mengangguk lemas
"Zha, gue gak nyalahin elo sepenuhnya. Apa alasan loe ngelakuin smeua ini ke temen-temen ?" tanyaku pelan
Fazha menatap mataku
"Na.." Fazha menunduk, membiarkan sebagian rambutnya yang panjang menutup wajahnya
Ia menangis tersedu dengan tertunduk.
Aku rasa ini tangisan yang tulus.
"Maafin, gue Na. MAAF. Bukan maksud gue bikin yang lain sedih apalagi sampai berantem. Tapi, gue pengen bahagia, Na. Bahagia. Gue kadang iri sama loe, yang bisa bahagia punya sahabat kayak Ami, Vee, Ifa, Manda dan bisa sama-sama ama Faiz. Bisa jadi jurnalis sekolah, akrab sama temen-temen. Sedangkan gue ?" Fazha mengusap air matanya
"Kenapa, Zha ?" tanyaku sambil mengusap bahunya
"Papa, kerja di Amsterdam. Sedangkan Mama selalu sibuk sama perusahaan yang di Indonesia. Gue gak punya keluarga di sini. Pembantupun gak punya. Gue tinggal sendiri, ya sendiri. Gue benci semua orang. Teman-teman menganggap gue biasa aja. Padahal gue memerlukan perhatian mereka, dan semuanya. Itu alasan gue masuk SMP Cakra. Teman-teman yang bisa mendatangkan kebahagiaan. Tapi, cara gue salah, teman-tema malah membenci gue. Gue cuma pegen bahagia" tutur Fazha
"Sini.." aku meminta Fazha duduk di sebelahku
"Na.." aku membiarkan Fazha memelukku
"Makasih, Na. Aku udah lama gak merasakan pelukan hangat seorang teman" ujar Fazha
"Besok, minta maaf. Gue yakin teman-teman pelan-pelan bakalan terima loe. Bersabarlah" ujarku
"Jangan pernah jahat lagi, ya ?" ujar Rio
Fazha mengangguk sambil tersenyum
"Janji ya ?" tanyaku
"Janji" Fazha tersenyum
"Ya, udah. Udah hampir jam 6. Aku ama Rio pamit pulang dulu. Allah bakalan ada melindungi kamu" ujarku
"Oke, makasih ya, Na." Fazha tersenyum lagi, kini itu senyuman yang tulus.


***

Sudah 3 hari, Fazha sudah bisa berbaur dengan lain. Dan tentu saja, kelas 7.2 lebih bisa menerimanya, Wieta juga sudah memaafkan kesalah dari Fazha. Dan kelas serasa lebih tenang dengan keakraban persahabatan.
Huft.. Oh ya. 2 hari lagi majalah Cakra terbit. Aku harus lebih kerja keras di Media Sekolah. Kali ini jumlah halaman majalah Cakra lebih banyak jumlahnya 35 halaman.
Huft.. Aku merasa tenang dan sangat tenang. Hmmm..

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar