COMEBACK #4
...
Aku meletakkan kencang tumpukan Majalah Cakra yang siap terbit hari ini. Aku kesal, sedari tadi memanggil nama Rakka namun tak ditanggapi, ia sibuk dengan komputer di ruangan jurnalis, tanpa sepatah katapun menjawab panggilanku.
"Kaa..!!" pekikku keras
"Eh, iya apa ? Majalah Cakra ? Taruh aja di situ, ntar Erza ama Kelvin yang bagiin" ujar Rakka cepat
"Oke !" aku menjawab kesal lalu berbalik
Faiz berdiri di belakangku
"Ups.. ada apa ?" tanyaku sembari menatap Faiz yang bengong melihat tingkahku memanggil Rakka, seperti seorang adik yang haus akan perhatian kakaknya. Ih, oogah aku jadi adiknya Rakka.
"Gak apa-apa" jawabnya datar lalu diam
"Hmm, Yo ke kantin yuk" ajakku pada Rio yang sibuk dengan netbooknya
"Ayo. Eh, tapi.. tugas Biologiku belum selesai" Rio menunjuk ke tumpukan buku dan netbooknya
"Mmm, oke" aku mengangguk
"Tapi.." Rio berubah pikiran, sambil melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 06.20.
Yups, sepagi ini para jurnalis sudah datang di sekolah, masing-masing sudah sibuk, ada Rakka yang serius dengan komputer, Rio dengan tugasnya, Dara dan Tio dengan pr-nya masing-masing dan Erza yang sibuk dengan MP3 nya. Satrio masih sibuk dengan kameranya yang jatuh gara-gara balapan dengan Faiz kemarin. Dan yang santai hanya aku dan Faiz. Klop banget yak ? Tapi, Faiz memang tipe anak yang enggak pernah sibuk banget, beda dengan aku yang sok sibuk. Jiahh.
"Sama aku aja. Aku belum sarapan" ujar Faiz
"Oke, Yo, gue duluan yah. Satria enggak diajak ?" tanyaku
"Woy, sorry aku udah sarapan duluan, sob" ujar Satria
@Kantin..
Untung ada beberapa kios yang buka. Dengan gamangnya, aku memesan segelas teh hangat, dan nasi goreng. Faiz memesan yang sama. Kami duduk di bangku tengah yang masih sepi, ya iyalah masih jam setengah 7. Sekolah akan ramai pukul 07.00. Di sekitar kami hanya ada bangku-bangku dan kios dengan penjaga masing-masing. Aku menunggu pesanan sambil memainkan tanganku diatas meja. Faiz merogoh sakunya, hendak mengambil sesuatu, mungkin handphonenya atau Kerry, mainan robot kecil yang seperti danbo. Namun, karena tidak menemukan apa yang ia cari, Faiz menghela nafas pelan.
"Kenapa ?" tanyaku cuek, memecah canggung dan suasana garing
"Handphoneku ketiggalan" ucapnya singkat
"Oh, Kerry pacar lo juga ketinggalan ?" tanyaku
"Hmmm.." Faiz tak menjawab dia langsung menyantap pesanan kami yang sudah datang
Kurang enak, ih, kalau enggak pakai sambal. Aku mengambil tempat sambal yang berbentuk kubus, Faiz mengambil hal yang sama. Kami mengambil bersamaan. Faiz mengalah dan memberikan aku mengambil sambalnya terlebih dulu.
Kurang lebih, 15 menit makan. Kami kembali ke kantor jurnalis dan melanjutkan pekerjaan masing-masing. Sudah ada beberapa anak 'rajin' yang berdatangan ke sekolah. Baru memasuki ruang jurnalis aku sudah di sambut tugas, dari Rakka. Yang merupakan tugas yang berat. Seberat apa sih ?
"Nin, bawain tasku ke kelas 7.2 taroh aja di bangku ku. Ntar balik lagi ke sini. Ada tugas ! CEPAT !" perintah Rakka
Aku yang lemot namun baik hati ini dengan setengah hati mengambil tas Rakka yang merupakan tugas berat karena apa ? Tas Rakka 3x lebih berat dari tasku, entah batu bata atau batu bara yang ada di dalam tasnya.
Aku segera menenteng tas Rakka yang super berat itu ke lantai 3, lalu turun lagi. Ditambah lagi beban tasku yang beratnya sekitar satu kilo. Aku hampir ambruk di depan kantor jurnalis.
"Kenapa. Nin ?" tanya Erza
"Habis melaksanakan tugas BERAT !!" ujarku sambil memperjelaskan kata BERAT
Erza tekekeh, ia sudah tau benar tugas BERAT itu karena hampir setiap hari adalah tugasku. Aku bagaikan pembantu untuk Rakka, karena sering disuruh mengantar tasnya setiap hari. Awas loe, Ka !! Tapi aku tetap menghormati Rakka yang menjadi ketua kelas, ketua bidang media di OSIS dan ketua kelompok Biologiku. Tak lepas dari Rakka.
"Na, gi mana breakfast bareng Faiz ?" tanya Satria saat aku duduk di kursi di sebelahnya
"Apaan sih ?" tanyaku sambil membolak balik majalah Cakra yang baru
"Ciee, orang biasanya dinner, ini breakfast. KERENN..!!" tawa Satria, untung anak-anak yang lain tak ada yang mendengar
"Jail banget lu !!" ujarku lalu beranjak pergi
"Gue SERIUS !!" ujar Satria
Terserah, aku tidak mood bercanda atau apalah, karena tugas berat tadi. Hedehh.
***
Aku sedang membaca majalah Cakra bersama Cherry, hmm, tumben kami berdua bisa akur, biasanya kami sering ribut dan ngomel. Tapi hari ini kami akur. Tak beberapa lama..
"Cherr, balik halamannya dong, aku mau lihat liputan basket" ujarku
"Eh, ntar dulu. Aku belum baca liputan tentang Kak Farhan ikut lomba model nih" ujar Cherry
"Ih, Cherr, ayo cepet. Aku mau lihat nih" ujarku
"Ntarr !!" seru Cherry
"Pinjemm bentar.." aku menarik majalah bersampul manga yang dibuat Zhania anak kelas 7.4
"Aku duluu !!" Cherry tak mau kalah dan langsung menarik dengan kencang majalah tersebut dan berakibat krekkk..
Majalah itu sobek, aku cuek. Bukan punyaku juga ! Batinku tak peduli. Sedangkan Cherry langsung panik.
"OH NO !!" jerit Cherry
"Majalahnya sobek, Nin" ujarnya menggoncang bahuku
"Iya, gue tauu !!" ucapku datar dengan cueknya
"Nina !! Ini bukan punya kita !" pekik Cherry
"Iya gue juga tau" ucapku kesal
"Ini punya Vee, mati kita dimarahin. Vee kan belum sempat baca" tutur Cherry
"Hah ? Apa ?" aku baru kaget sekarang saing lemotnya aku dan lupa pemilik majalah itu
"Gi mana nih, Nin ?"
"Mana aku tau.."
"Kamu sih.."
"Kok aku !" aku manyun
"Udah ah, loe kan bisa minta di kantor jurnalis" ujar Cherry
"Gak semudah itu, Cherry ! Tetep aja harus bayar, biarpun aku anggota jurnalis sekalipun" tuturku tenang
"Nyolong aja.." usul Cherry
"Gile !! Gak ! Bisa ditendang Rakka aku dari jurnalis sekolah. Gak..Gakk pokoknya" aku membayangkan akan dapat masalah lagi jika mengambil majalah tanpa bilang-bilang, dan tanpa bayar. Aduh, dosa tau, Cherr !!
"Hmm, gi mana dong ?" Cherry minta pendapat
"Ada apa sih ?" tanya Vee yang datang ke arah kami
Nah, lho. Pemiliknya datang, aku dan Cherry panic attack
"Hehe, gak apa-apa sih" Cherry beralasan sambil nyengir
"Iya, kan. Na ?" Cherry menyenggolku yang berada di sebelahnya
"Hmm, majalah kamu sobek, Vee" ujarku jujur dengan mode lemotku
"Apa ?" mata Vee membulat
Kami habis-habisan dapat ceramah dari Vee + disuruh memperbaiki majalah yang sobek itu dengan selotip.
Okey, it's simple..
***
"Ninaa !! Faiz..." Satria berlari ke arahku Faiz mengikuti dibelakangnya dan langsung menutup mulutnya
"Hmmpp..Faiz..hmmmppp.." suara Satria tak jelas
"Apa ?" tanyaku
"Faiz naksir elo" ujarnya jelas
Seisi ruangan jurnalis memangdangku diam, ada Rakka, Rio, Erza Luna, dan Manda dan Vee yang sedang menemaniku.
"Ciyee.." ko'or Erza dan Rakka bersamaan
Rio menatap tajam sambil berpura-pura mengelap kacamatanya
"Terima kagak ?" tanya Satria, Faiz canggung dan berdiri seperti ondel-ondel
"Apa-apa'an sih ? Gak lucu" ujarku
"Bener, ada-ada aja loe" Faiz menjitak kepala Satria
"Yahh..." seisi ruangan kompak berucap lemas
"Hahahaa" aku tertawa memecah kerancuan
"Loh ? Kok ketawa ?" tanya Satria
"Lihat tuh, Tio sama sekali gak keganggu dengan ributnya kalian" aku menunjuk ke arah Tio yang tertidur di kursi, untuk mengalihkan pembicaraan
"Hahaa" yang lain hanya tertawa
Kenapa Faiz ? Kenapa Nina ? Kenapa cerita ini ? Dan kenapa Tio doyan tidur kayak putri tidur ? Hahaa. Penuh dengan kenapa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar