Jumat, 09 Januari 2015

Comeback (ending)

COMEBACK #11

...

"Mau liburan ke mana, Na ?" tanya Vee
"Haa ??" tanyaku yang tak memperhatikan ucapan Vee, karena sibuk dengan siomay di depanku
"Mau liburan ke mana ?" ulang Vee
"Ke mana ya ? Belum ada rencana" jawabku
"Kalau loe, Sa ?" tanya Vee pada Carissa
"Hah ? Gue ? Gue ?" Carissa memasang wajah lebay nya
"Iyoo.." Vee menyeruput es cincaunya
"Gak tau juga" jawab Carissa sambil nyengir
"Kita libur seminggu yak ?" tanya Rena
"Iya, kan kakak kelas try out" angguk Ifa
"Kalau aku maunya ke pantai, nyantai, terus makan petai.." canda Ami
"Hahahaa" meledaklah tawa 6 orang anak yang sedang makan di kantin, sampai beberapa mata tertuju ke arah kami.
"Oh iya, Na. Gue belum kebagian Majalah Cakra edisi baru nih" protes Vee
Plakk, aku menepuk jidatku sampai jilbab putih yang ku pakai sedikit berantakan
"Kenapa, Na ?" tanya Ami
"Gue harus ke ruangan Media Sekolah" aku menyeruput lemon teaku sampai sisa setengah gelas dan langsung lari dari kantin, karena ada tugas yang terlupakan
"Naaa, elo lupa bayaarr !!" teriak Ifa, tapi tetap aja aku sudah jauh berlari, jadi suara Ifa hanya sayup-sayup terdengar itupun aku tak tahu maksudnya
"Yah, Nina. Pakai acara lupa bayar. Asal kabur aja" ujar Carissa
"Kita patungan bayarin makannya Nina" usul Ami
"Makananku juga ya ?" harap Carissa
"Ogah !!" Ifa, Vee dan Rena serempak menjawab

***

Aku langsung masuk ke dalam kantor Media Sekolah.

"Mana majalahnya ? Mana majalahnya ?" tanyaku panik
"Majalah apa, Nin ?" tanya Dara dengan polosnya
"Majalah Cakra untuk dibagiin ke pelanggan kelas 7" ujarku
"Oh itu, udah dibagiin sama Faiz dan Satria, kamu sih lama. Yang lain udah pada balik ke kelas masing-masing. Dari mana sih ? Wieta, Manda dan Kevin juga mana ?" tanya Helen
"Aku tadi makan. Wieta enggak masuk. Manda lagi latihan basket sebentar buat pertandigan entar sore, Kevin enggak tau" ujarku
"Kenapa telat, Haa ??" bentak Rakka
"GUE MAKAN !!" jawabku keras
"Kamu tau kan itu tugasmu. Kenapa pakai acara telat segala ?" tanya Rakka
"Gue lupa ! L.U.P.A ! Jadi wajar aja !! Daripada elo, jadi ketua cuma duduk di bangku terus merintah-merintah. Ketua apaan tuh !" aku langsung keluar melelang dari kantor Media Sekolah. Herannya para guru menggelarkannya Ketua yang Baik. Jehh, sebuah kesalahan !

Aku geram, Rakka merupakan ketua Media Sekolah yang Gagal kepemimpinannya jauh di bawah Erza yang selalu aktif, entah itu mencari berita, liputan, penerbitan majalah sampai penyiar. Erza berperan aktif, kalau Rakka fokus dengan kegiatan sebagai duta teknologi, padahal kemampuan teknologi Faiz dan Rakka lebih darinya. Heran !

Setibanya di lantai 3 aku bertemu, Ami di dekat tangga.

"Eh, Na. Tadi kamu lupa bayar di kantin. Langsung pergi. Untung aja kita-kita patungan buat bayarin kamu" ujar Ami
"Eh, sorry-sorry deh. Nih, makasi ya"  aku menjulurkan duit sepuluh ribuan dan langsung melelang masuk ke kelas 7.2. Yups, kelasku. Menuju meja paling pojok dan bersender di sana.

Untung minggu depan libur, aku bisa mengajak Zha untuk main ke rumahku.

Aku memejamkan mataku, membiarkan angin sepoi-sepoi menerpa jilbabku. Uh, waktu terasa berjalan begitu cepat.

***

6 Tahun kemudian..

Aku baru selesai kuliah, jam tangan putih polosku menunjukkan pukul 14.00. Cuaca tidak begitu terik. Aku berjalan bersama Zha di sebelahku, Manda dan yang lainnya kuliah di luar kota. Begitu pula dengan Faiz.

Sebuah mobil avanza dengan nomor plat belakang WHR .

"Ninaa.." kaca jendela mobil  terbuka
Aku mengerutkan dahiku
"Na, itu siapa ?" tanya Zha
"Rio !!" ujar si pemanggil sambil menunjuk diriya yang berkacamata
"Rio dan..." aku menebak pengemudi mobil avanza yang baru turun itu
"Dikka !!" jeritku
"Haha, masih ingat rupanya. Apa kabar ?" tanya Dikka
...

Inilah kisahku, Nina Arisa Putri yang terseret arus zaman.
Membawanya hingga kuliah di Yogyakarta.



-END-

Comeback

COMEBACK #10

 

Caffe Bunga..

"Vee, salamin gue ke Melda 7.4 dong !" ujar Tio
"Haa ? Yang bener aja loe ?" celetuk Ami spontan
"Iya, gue serius" ujar Tio
"Imelda ? Kenapa gak via Manda aja ? Manda kan sekelas" ujarku
"Yups" Manda mengangguk sambil menyeruput milkshake vanilla-nya
"Naksir ya, sob ?" tanya Hedi
"Ciee..ciee..cieee.." ko'or si Kembar Oki dan Iko
"Melda ? Owh.. Hmmm" Vee mengangguk
"Bete ih" cerocosku pelan, Manda yang berada di sebelahku mendengarnya dan mengelus punggungku. Ami tersenyum simpul ke arahku. Tau, apa yang terkuak dari raut wajahku yang berubah 180 derajat saat mendengar nama sosok itu. Siapa Imelda ?

"Gi mana, Vee ?" tanya Tio
"Loe, serius ?" tanya Vee sambil mengaduk jus mangganya
Tio mengangguk
"Hahahaa, yang bener aja ?" ujar Hedi
"Betul-betul-betul" Si kembar Oki dan Iko ikut menyeletuk
"Loe jangan.. serius banget" ujar Vee
"BETUL !" aku membesarkan volume suaraku
"Loe kenal Imelda kan ?" sambung Vee
"Ya, makanya gue mau kenal dia sekarang" ujar Tio
"Ah, loe alasan" ujar Kelly
"Imel itu.." ucapan Vee langsung di sambar Oki dan Iko
"Mantannya Faiz ! Mantannya Deva" ujar Oki di ikuti anggukan kembarannya Iko

DEG !! Jantung gue ! Bukan jantungan. Kayak ada palu barusan ngetok jantungku. Kaget. Sebenarnya aku sudah lama tau, kalau si Imelda itu mantannya Faiz. Jadi, aku pajang aja muka biasa-biasa. Toh, waktu tau Fazha mantannya Faiz aku santai aja. Kenapa sekarang aku malah jealous ? -_-" So what gitu. Tapi jujur gue JEALOUS. Faiz is MINE !

"Yups, mau tau banyak soal si Melda atau Imel ?" tawar Vee
"Mau-mau-mau" Tio mengangguk sambil membetulkan posisi duduknya
"Imel emang mantannya Faiz. Sorry, Na" Vee menatap ke arahku
Aku tersenyum datar, lalu mengangguk
"Tapi cuma 2 minggu aja, padahal Faiz sayang banget sama Imel. Entah si Imel nya kenapa" ujar Vee

DEG !! Serangan kedua, dari kata itu aku bisa mengambil garis besar FAIZ SAYANG BANGET SAMA IMELDA. Sabar, Na !

"Owh, terus-terus ?" tanya Tio yang antusias yang lainpun ikut antusias
"Imel itu.. blablabla.."
"Terus ?" kini Oki dan Iko yang bertanya
"Eh, tunggu. Kayaknya gue pernah lihat Imel deh di basket" ujar Ami
"Iya, dia basket juga. Mi. Dua bulan yang lalu berhenti" ujar Manda, yang terkenal di eskul  basket
"Iya. Melda, Aku, Sonia, Faiz dan Aryo dulu basket, malah sering sama-sama latihan" ujar Kelly
"Bener" angguk Vee

DEG !! Serangan ketiga, sebentar lagi aku pingsan, sudah ada 3 bom atom yang di jatuhkan ke lubuk hatiku.

Blablablablaa.. Dan obrolan lainnya. Mungkin udah lebih 5 aku mengalami serangan yang dikarenakan beberapa bom atom jatuh ke lubuk hatiku. Di pikiranku sekarang sedang terbang burung kecil yang membawa berbagai selebaran, MELDA mantan FAIZ, FAIZ sayang banget sama MELDA, MELDA dan FAIZ sama-sama latihan basket lho. Inikah yang namanya JEALOUS ?

Aku langsung menyeruput Jus Melon pesananku sampai habis. Lalu meraih handphoneku tanpa terganggu bisingan teman-temanku yang sedang mengobrol soal Imelda. Aku mengirim pesan ke Faiz, tidak biasanya aku lebih dulu me-smsnya. Apalagi hari ini Faiz sama sekali belum sms.

| Faiz..| send aku mengirim pesan itu
|Ya..?| aku menerima bbalasannya 5 menit kemudian
|Gak apa-apa cuma lagi keingetan doang| balasku
|Oh, Gue lagi ngerjain pr Fisika nih| ujarnya
...

Huaa.. Aku pengen teriak kencang-kencang ! Aaaa !!!!!!!!

Cling.. sms dari Rio menstabilkan emosiku

|Eh, Nenek Lampir gue jemput di caffe bunga yak ? Buruan ! Kita ada liputan buat pertandingan Bulu Tangkis di GOR| ujar Rio

Oh, iya ! Plakk, aku menepuk jidatku sendiri. Bahkan, aku tidak marah dipanggil Nenek Lampir. Okey, Itu bukan Realita.

|Jngan, deh. Yo. Jemput di depan Jalan Japan aja| balasku dan langsung izin pada teman-teman untuk pulang duluan dengan alasan tugas penting.

|Oke deh| Rio membalas cepat

***

Kini aku sudah berada di GOR bersama Rio yang memboncengku dengan sepedanya yang bisa teritung butut, padahal Rio punya sepeda fixie, sepeda gunung dan lainnya tapi ia lebih sering pakai sepeda ontel yang katanya dari almarhum kakeknya. Di GOR ada Luna, dari jurnalis dan Dikka yang sengaja menonton karena ingin melihat aksi sahabatnya, Yudha dari kelas 7.5.

"Huft.." aku mendesah pelan selesai liputan
"Kenapa, Nina ?" tanya Luna
"Gak apa-apa" aku tersenyum tipis
"Capek ya ? Aku anter pulang ya ? Pak Pur sopirku jemput bentar lagi" ujar Luna
"Hmm, gak usah repot, Lun" ujarku
"Ayolah, gak apa-apa" Luna menggandeng tanganku

Aku melihat Dikka dan bayangannya berdiri dibelakangku, lengkap dengan senyuman manisnya. Dikka, orang pertama yang mendukungku saat aku dicalonkan menjadi duta lingkungan saat SD. Aku tak sadar tersenyum tipis.
Sisa rasa jealous bercampur eneg masih bergeliat di lubuk hatiku, rasa jus melon udah enggak terasa lagi. Huh, ingin rasanya sampai di rumah dan menarik Manda ke kamarku dan menceritakan uneg-unegku.

***


Aku tak bisa menangis, nangis buat apa juga ?

"Uh, gue sebel, gue sebel. Arghh" keluhku
"Sabar, Nina Sayang. It's Jealous" ujar Manda
"Iya, huft. Kenapa juga gue sampai jealous ya, Nda ?" tanyaku
"Nah, kamu aja nanya sama diri kamu sendiri. Dan kamu gak tahu karena apa. Itu tandanya murni dari hati. Sabar ya. Melda itu masa lalu Faiz" ujar Manda
Brakk.. aku melempar gulingku sampai jatuh.
"Iya, huft.." aku langsung beranjak dan mengambil air wudhu yang bisa menenangkan hatiku, huft lega rasanya. Kemudian aku dan Manda sholat maghrib bersama.
Lupakan, Melda.
Baru kali ini aku jealous, biasanya aku jealous karena Oma beliin Isyl adik sepupuku lolipop dan aku enggak. :p

Comeback

COMEBACK #9

 

...

Siapa sangka ? Aku jago masak lho ! Masak apa aja, yang penting ada buku resepnya. Hehe. Aku dan Manda sering duet masak berdua lho. Selain itu, aku juga sering masak bareng Kak Keira yang sekarang kuliah semester dua di Bandung. Oh, ya. Belum pada tau kan, Aku ini anak ketiga dari tiga bersaudara. Kakak pertamaku namanya Kak Raditya Pradana Putra, biasanya sering aku panggil Kak Didit, sekarang Kak Didit kuliah di London entah semester berapa, EGP. Yang jelas udah lebih dua tahun di London. Yang kedua, namanya Kak Keira Annisa Putri. Aku biasanya sering manggil Kak Keira dengan panggilan Kak Keira atau Kak Keike. Kak Keira mengambil jurusan hukum di Universitas Padjajaran, Bandung.

Nah, kalau Ayahku menetapnya di Jakarta, makanya Ibu sering bolak balik Jakarta-Bandung-Semarang untuk nengok kami bertiga. Lho, kok Kak Didit gak sekalian di tengok ? Kejauhan ! Masa tournya jadi Semarang-Bandung-Jakarta-London. Rugi, man !

Ayah punya perusahaan di Jakarta, dan jabatan ayah aku lupa. Soalnya agak susah disebut. Nah, kalau Ibu punya usaha distro dan cafe di Bandung yang di kelola bareng Tante Anna, Kak Keira selama di Bandung tinggalnya di rumah Tante Anna, Tante Anna itu adiknya Ibu. Tante Anna punya dua anak kembar namanya Dian dan Dion. Yang super duper jail dan masih duduk di kelas 4 SD. Makanya kalau ke Bandung aku lebih suka nginap di rumah Oma, karena lebih tenang, kalau di rumah tante Anna mana bisa tenang aku.

Oh, ya. Kembali ke kata paling awal. Aku jago masak lho ! Gak percaya ? Terserah ! Apa kalian perlu beberapa bukti ? Oke, aku buktikan.

Satu, aku pernah habis jogging bareng Deo, Rio, Manda, dan Ami, aku ngajak temen-temen itu untuk sarapan di rumahku. Rencananya menunya adalah Nasi Goreng ! Dan dalam waktu setengah jam lebih, nasi goreng itu udah meluncur ke perut masing-masing temanku. Dan, eing-ing-eng. Banyak yang muji, katanya enak. Tapi, menurutku rasanya hambar ! Gak ada rasanya. Tapi herannya, Deo dan Rio doyan. Itu doyan atau kelaparan ?

Kedua, waktu bareng Ami dan Ifa bikin kue di rumah Bu Husna. Waktu itu, Bu Husna lho yang ngajak kami bertiga untuk masak bareng, karena anakna Bu Husna, Kak Fira sibuk sama latihan tenisnya. Waktu itu Bu Husna ngajak bikin donat *kesukaannya penulis tuh. Jadi, waktu donatnya udah jadi, rasanya asin ! Kok bisa ? Ternyata aku salah campurkan gula. Yang ku campurkan malah garam. Dan terpaksa adonan kami buat LAGI !

Ketiga, ini sukses. Gak percaya ? Ini waktu ulang tahunnya Luna. Ultahnya Luna enggak dirayain, cuma Aku, Manda, Ami, Ifa, Vee, Sarah, Wieta dan Reina yang diajak kumpul-kumpul di rumahnya Luna. Luna kan penulis, jadi jangan salah kalau rumahnya banyak buku. Aku berinsiatif memberikan hadiah spesial untuk Luna, dengan kekuatan bulan, eh salah ya ? Dengan mengandalkan kemampuan masakku yang kurang meyakinkan, aku memasakann makanan kesukaan Luna ! Kyaaa !! Puding macem-macem rasa ! Ada yang favorite-nya Luna, yaitu green tea, ada juga yang rasa coklat dan yang terakhir aku bikin kreasi warna warni dengan 5 warna, merah strawberry, oranye jeruk, hijau melon, pink jambu biji dan ungu anggur. Dan jadi, jam 10 pagi, aku ke rumah Luna yang jaraknnya gak jauh banget dari rumahku, jadi aku berangkat bareng Manda dengan membawa 3 kotak berisi puding macem-macem rasa. Manda menghadiahkan Majalah Lama tahun 90an dan Buku Diary, entah kenapa Luna gemar mengoleksi Majalah Jadul seperti itu. Nah, sampai di rumah Luna pudingku langsung diserbu sama Luna dan teman yang lain. Dan, HABIS. Katanya, puding warna warninya enak ! Karena teman-teman meragukan kemampuanku memasak, maka aku di suruh masak langsung puding warna warni itu di rumah Luna. Live ! Alasannya pengen lihat langsung, atau pengen makan puding buatanku lagi ? Entahlah. Yang penting aku buat dan setengah jam sudah HABIS. Sejak saat itu, masakan andalanku adalah puding dan aku diberi gelar oleh Manda dan Luna dengan sebutan Master Puding. Aneh banget yah. Terima apa adanya aja deh.

***

Sehabis siaran hari Minggu pagi, kebetulan bahasan hari itu adalah tentang makanan. Dan, Luna mengusulkan aku untuk membuat puding andalanku itu. Kebetulan di ruangan Media Sekolah ada Aku, Manda, Aryo, Rio, Faiz, Satria, Iqbaal (adiknya Satria), Dara dan Luna.
Dan kami langsung menuju rumah Luna untuk makan + masak di sana. Sebnarnya aku yang masak --"

"Ayo, Chef Nina. Apa yang akan Anda masak ?" tanya Faiz
"SESUATU" ujarku sambil cekikikan
"Yang bener-bener, Na. Entar aku jadiin berita di Majalah Cakra nih" ujar Satria
"Ide bagus ! Ide bagus ! Sini, Na. Pakai celemek yang bener" ujar Luna
"Hmmm, jangan. Gue malu !" protesku
"Biarin ! Kita kurang berita nih" ujar Dara
"Yang bener ya masaknya, Nin" ujar Manda

Dan setengah jam kemudian, Hupp.. Hullaa.. Jadi, Puding Warna Warni Aneka Rasa Ala Chef Nina. :D Hahahaa.
Setelah didinginkan. Sebelum dimakan, pudingnya di jepret-jepret dulu sama Satria dan ini dia. Semuanya menikmati dengan lahap. Bagaimana rasanya ? Oishii, kan ?

"Oishii.." ujar Manda dan Luna hampir bersamaan
"Enak !" puji Faiz
"Yummy" seru Dara
"Mantepp" ujar Aryo dan Rio
"Jujur, it's delicious" ujar Satria dengan gaya lebay mode on
"INI NIKMAT ! ENAK ! Ternyata Kak Nina juga jago masak !" puji Iqbaal
"Hehee" tawaku sambil mencicipi hasil masakanku itu
"Bilang aja, mau nambah lagi" ledek Satria pada adiknya sendiri
Yang lain hanya cengar-cengir.

***

Dan akhirnya, liputan memasakku benar-benar diterbitkan  dalam Majalah Cakra edisi 8 + Resep membuat pudingnya. Juga sedikit info dan wawancara, baru sekarang, aku yang seorang jurnalis jadi bahan berita di Majalah Cakra. Sebenarnya Satria juga pernah jadi bahan berita, tentang fotografi yang ia geluti. Dan, Majalah Cakra edisi itu, laris  ! karena banyak yang ingin mencobanya termasuk juga kalangan guru-guru. Judul rubrik yang menampilkan aku itu, bertuliskan seperti ini Jurnalis Sekolah Yang Jago Masak, Chef Nina si Master Puding. Sebenarnya aku keberatan, karena judulnya malu-maluin banget ! Tapi sudah terlanjur diterbitkan Erza, dan sejak itu, Erza, Kevin, Helen dan yang lain memesan untuk dibuatkan puding. Maaf tidak melayani pemesanan.

Jadi, gi mana ? Udah mengakui bakat memasak Nina Arisa Putri ? Yang cuma bakat buat puding ? Yang penting bisa masaklah, urusan rasa nomer dua. Urusan penampilan masakan nomer selanjutnya.

 

Comeback

COMEBACK #8

 

...

5 menit.. 10 menit.. Setengah jam..

"Aduh, rata-rata pada balas 'gak tau' . Kamseupay deh, anak-anak 7.2 pada gak tau" gerutuku
"Lha ? Emang kamu bukan anak kelas 7.2 ?" tanya Manda
"Aku anak kelas 7.2 kok" ucapku sedikit polos
"Emang kamu tau, itu nomer siapa ?" tanya Manda
"Enggak.." aku menggeleng
"Nah, berarti kamu kamseupay juga dong, Na ! Kamu anak 7.2 dan gak tau itu nomer siapa" ujar Manda
"Eh..Oh..Iya.. Gak jadi deh." ujarku
"Ih, Nina ada-ada aja" ujar Wieta.

Trrtt..Trrttt.. Getaran sms mengejutkanku.

"Siapa, siapa ?" tanya Wieta dan Manda yang langsung merapat ke dekatku
"Dikka" ujarku sambil membuka balasan dari Dikka

|Itu, numb ny FAZHA yg katanya dia sih gak aktif lagi. Kenapa ?| itu balasan dari Dikka

"Hah ? Tuh, kan bener dugaanku juga Fazha !!" ujar Manda
"Fazha ? Mau apa lagi sih, anak itu ?" tanyaku
"Dia gak bakalan berhenti merebut kebahagiaan orang lain sebelum dia bahagia" ujarku dengan gaya lebay mode on
"Hmmm.." Wieta terdiam
"Terus apa ?" tanya Manda
"Nda, besok temenin aku ke rumahnya Fazha ya ?" ujarku tiba-tiba
"Hah ? Ke Istana nya Nenek Sihir ?" tanya Manda
"Iyapp.." ujarku
"Hmm, oke deh. Aku juga tertantang untuk ke sana" ujar Manda

***

Sayangnya, hari ini aku ada kegiatan menjadi penyiar di Radio bersama Rio dan Erza seperti biasa, dan Manda haru latihan basket. Jadi terpaksa aku ke rumah Fazha sendirian, tapi, untung saja Rio mau menemaniku. Jadi, pukul 17.00 kami sudah melaju di jalan raya dengan sepeda masing-masing, rumah Fazha di dekat sekolah, tepatnya di kompleks sebelah.

"Kenapa sih, loe gak ngajak Faiz ? Dia kan pac.." ucapan Rio terhenti
"Uh, gak usah bawel deh. Kalau gak mau gue ajak bilang. Faiz ada latihan basket dan gue gak mungkin ngajak dia ke rumah Fazha, yo" ujarku sedikit sewot
"Kenapa ?" tanya Rio sambil membetulkan letak kacamatanya
"Fazha man.." jawabanku terpotong
"Oh iya, gue tau, gue tau. Kemarin gue nguping pas loe ngobrol ama Wieta dan Vee. Hehe. Dia mantannya Faiz kan ?" ujar Rio
"Iya, ah loe. Hobbynya nguping mulu" ujarku
"Yee, baru sekali doang" ujar Rio

Ini dia, rumah bercat abu-abu putih dengan nomer 38. Rumah Fazha, dari luar rumah ini nampak sepi. Aku memencet bel di dekat pagar.

"Spadaa..." ujar Rio
"Ih, elo spadaa sepeda segala.." ujarku
"Hehe" Rio nyengir
"Siapa ?" tanya Fazha lewat phone di dekat bel
"Penyiar sekolah" ujarku lagi
"Siapa ya ?" tanya Fazha
"Nina Arisa Putri dan Ario Putra" ujarku sedikit kesal
"Oh, masuklah. Eits. Jangan sentuh pagarnya jika kamu tidak ingin tersetrum. Tunggu sampai pagarnya terbuka sendiri" ujar Fazha

Beberapa detik kemudian pagarnya terbuka sendiri.
"Wih, canggih bro" ujar Rio
"Jangan bersikap norak. Santai saja. Kita akan memasuki rumah nenek sihir, jadi berdoalah" ujarku dengan wajah datar seperti di film-film. Hahaa
"Oke.." Rio ikut berwajah datar

"Fazha.. ada yang baru nih" ujar Rio di depan pintu sambil sedikit nyengir
"Ih, udah ! Jangan becanda. Nenek Sihir susah diajak becanda tau !!" ujarku
"Oke, deh. Tuan Putri.." ujar Rio
"Arghh.." aku sedikit geram
"Eh, loe berdua rupanya. Ayo masuk, ngapain melongo di luar gitu" ujar Fazha
"Iya" aku dan Rio tersenyum datar
Rio sempat terhenti di pintu utama
"Ini gak ada listriknya kan ?" ujar Rio norak
"Enggak, tenang aja. Silahkan duduk, sofa-nya juga gak ada listriknya kok" ujar Fazha
"Huft.." Rio bernafas lega
Aku mencubit lengannya
"Loe malu-maluin banget sih, Yo !!" bisikku pelan
Rio hanya meringis akibat cubitanku

"Hmm, tunggu gue ambil minum. Mau minum apa ?" tanya Fazha
"Eh, gak usah repot Nek, eh, Zha.." ujar Rio gugup
"Biasa aja kali, mau minum apa ?" tanya Fazha
"Gue, mau orange juice aja" ujar Rio
Aku mencubit pinggang Rio lagi
"Loe ada-ada aja" bisikku pelan
"Kamu, Na ?" tanya Fazha
"Terserah, aja. Zha" ujarku

Fazha masuk ke dalam.

"Huft, sakit tau, Na !!" rintih Rio
"Gue nyubit gak kenceng-kenceng amet kok" ujarku
"Huft, gue hampir aja salah ngomong, hampir aja gue panggil nenek sihir" ujar Rio
"Untung aja enggak. Sampai loe sebut nenek sihir mungkin udah gue jitak loe" ujarku
"Hmmm.." Rio terdiam, daripada ia menjawab Oh, mungkin ia akan dapat jitakan dariku lagi. Seperti Erza yang ku kejar kemarin.

2 menit kemudian, Fazha membawa dua gelas orange juice.

"Maaf ya, lama" ujar Fazha sambil tersenyum, baru kali ini aku melihat Fazha tersenyum tulus
"Makasih" ujarku
"Ada apa ?" tanya Fazha
"Gue mau omongin soal Wieta" ujarku yang langsung menatap Fazha
Fazha terdiam
"Yang neror Wieta loe kan ?" tanyaku
Fazha mengangguk lemas
"Zha, gue gak nyalahin elo sepenuhnya. Apa alasan loe ngelakuin smeua ini ke temen-temen ?" tanyaku pelan
Fazha menatap mataku
"Na.." Fazha menunduk, membiarkan sebagian rambutnya yang panjang menutup wajahnya
Ia menangis tersedu dengan tertunduk.
Aku rasa ini tangisan yang tulus.
"Maafin, gue Na. MAAF. Bukan maksud gue bikin yang lain sedih apalagi sampai berantem. Tapi, gue pengen bahagia, Na. Bahagia. Gue kadang iri sama loe, yang bisa bahagia punya sahabat kayak Ami, Vee, Ifa, Manda dan bisa sama-sama ama Faiz. Bisa jadi jurnalis sekolah, akrab sama temen-temen. Sedangkan gue ?" Fazha mengusap air matanya
"Kenapa, Zha ?" tanyaku sambil mengusap bahunya
"Papa, kerja di Amsterdam. Sedangkan Mama selalu sibuk sama perusahaan yang di Indonesia. Gue gak punya keluarga di sini. Pembantupun gak punya. Gue tinggal sendiri, ya sendiri. Gue benci semua orang. Teman-teman menganggap gue biasa aja. Padahal gue memerlukan perhatian mereka, dan semuanya. Itu alasan gue masuk SMP Cakra. Teman-teman yang bisa mendatangkan kebahagiaan. Tapi, cara gue salah, teman-tema malah membenci gue. Gue cuma pegen bahagia" tutur Fazha
"Sini.." aku meminta Fazha duduk di sebelahku
"Na.." aku membiarkan Fazha memelukku
"Makasih, Na. Aku udah lama gak merasakan pelukan hangat seorang teman" ujar Fazha
"Besok, minta maaf. Gue yakin teman-teman pelan-pelan bakalan terima loe. Bersabarlah" ujarku
"Jangan pernah jahat lagi, ya ?" ujar Rio
Fazha mengangguk sambil tersenyum
"Janji ya ?" tanyaku
"Janji" Fazha tersenyum
"Ya, udah. Udah hampir jam 6. Aku ama Rio pamit pulang dulu. Allah bakalan ada melindungi kamu" ujarku
"Oke, makasih ya, Na." Fazha tersenyum lagi, kini itu senyuman yang tulus.


***

Sudah 3 hari, Fazha sudah bisa berbaur dengan lain. Dan tentu saja, kelas 7.2 lebih bisa menerimanya, Wieta juga sudah memaafkan kesalah dari Fazha. Dan kelas serasa lebih tenang dengan keakraban persahabatan.
Huft.. Oh ya. 2 hari lagi majalah Cakra terbit. Aku harus lebih kerja keras di Media Sekolah. Kali ini jumlah halaman majalah Cakra lebih banyak jumlahnya 35 halaman.
Huft.. Aku merasa tenang dan sangat tenang. Hmmm..

 

Comeback

COMEBACK #7

 

...

"Oke, pemirsa. Karena sudah pukul 17.00 nih. Saya Nina, Rio dan Erza selaku penyiar Cakra FM pamit undur diri.. Say Bye-Bye" aku menutup siaran hari ini

"Huft, akhirnya selesaii.." Rio tersenyum lega, karena hari ini siaran perdananya, selama ini ia tidak pernah menjadi penyiar
"Selamat ya, Yo. Siaran perdana yang sukses" Erza tersenyum
"Thanks.." Rio tersenyum
"Rabu, siapa yang siaran ?" tanyaku
"Kalau jam pulang sekolah sampai jam 2. Rakka, dan Luna. Kalau sorenya Wieta, Manda dan Satria" ujar Erza
"Oke, untung aku jadi penyiar tiap Senin siang, Selasa sore, Sabtu sore dan Minggu pagi" ujarku
"Oh !" Erza membulatkan mulutnya
"Awas ya, loe !!" aku mengejar Erza yang sudah lari terbirit-birit. Uh, kurang kosakata !

***

Kamis...

"Ya, gue akui loe sukses buat anak-anak 7.2 bisa sahabatan lagi. Apa sih trik loe ?" tanyaku saat istirahat pertama di kantin bersama, Manda, Dikka dan Rio
"Hahaa, thanks. Cuma menasehati mereka and trik-trik lainnya" Dikka tersenyum
"Untuk ucapan terima kasih gue. Gue traktir es cream chocochips entar sore. Gi mana ?" tanyaku
"Aku juga yaa.." Rio memelas
"Aku enggak nih ?" tanya Manda
"Pasti, dong. Haha" aku tersenyum


***

Sabtu sore..

Hari ini jadwalku, menyiar dengan Faiz, dan Luna. Hari ini banyak yang mengirim sms ke Cakra FM dan penelpon. Salah satu sms dan telepon yang berkesan bagiku, salah satunya :

SMS Pertama..
|Aku, Rasya. Anak kelas 8.1 SMP Cakra. Aku suka denger Nina kalau lagi siaran. Siarannya selalu asyik dan menarik. Oke, aku mau request lagu Audy, Untuk Sahabat|
| Kak Nina, Namaku Hanni, aku murid SD Bhineka. Aku mau titip salam buat teman-teman dan semoga aku bisa masuk SMP Cakrawala supaya bisa jadi penyiar seperti kakak. Aku fans kakak lho. Thanks :) | pengirim 08xxxxxxxxxx

"Nah, ada sms dari Hanni. Masih siswa SD nih, katanya mau kirim-kirim salam buat teman-temannya. Dan, katanya pengen masuk SMP Cakrawala nih. Supaya bisa jadi penyiar. Oke, thanks. Dek" ujarku
"Wah, ternyata ng'fans juga sama Nina" sambung Luna
"Wah, gak nyangka Nina juga punya fans nih" canda Faiz

Selanjutnya, telepon dari 0812xxxxxxxx

"Hallo.. Cakra FM.." ujar Luna
"Dengan siapa ? Di mana ?" tanyaku sedikit cepat
"Dengan Iqbaal di Semarang, dari SD Bhineka" ujarnya dari sambungan telepon
"Wah, SD Bhineka lagi nih rupanya. Mau kirim salam atau request lagu nih, dek ?" tanya Faiz
"Lagu.." ujarnya
"Lagu apa ?" tanyaku
"Kak Nina, sukanya lagu apa ?" tanyanya balik
"Hmmm, banyak. Adik, mau request lagu apa ?" tanyaku lagi
"Oke, lagu favoritenya Kak Nina aja. Coboy Jr, Kamu" ujarnya
"Oke, ditunggu ya, dik" ujar Luna
"Makasih, Kak" ujar si penelpon
"Sama-sama.. Dan cekidot.. Ini dia request dari Iqbaal yaitu lagu Coboy Jr, Kamu" ujar Faiz

Selesai siaran..

"Gak nyangka loe punya fans, Na" ujar Faiz sambil tersenyum
"Apa ?? Iri ??" tanyaku degan nada sedikit galak
"Wah..wah.. jangan galak-galak" ujar Faiz
"Hmm, memang siaran Nina emang selalu asyik dan menarik. Bagaimana kalau waktu siaran Nina ditambah ?" usul Luna sambil memakai tas selempangnya
"Wah, jangan. Siarannya udah cukup nih. Kalau ditambah lagi, bisa-bisa microphone aku bawa pulang ke rumah" tawaku
"Siaran, Luna juga udah bagus. Selalu penuh informasi yang detail. Top deh" sambungku
"Terus, siaran gue ?" tanya Faiz
"Siaranmu ? Membosankan.." ujarku sambil sedikit sewot
"Siaranmu lumayan keren, tapi tetep kere siarannya Erza dan Satria sih" ujar Luna
"Tapi.. biar ngebosenin, masih ada cool nya" sambungku
"Yeay.. aku gituu.." Faiz tersenyum sendiri
Sementara aku, dan Luna meninggalkannya pulang

***

Minggu pagi...

Hari ini spesial, karena aku dapat kunjungan dari fansku, yang menelpon kemarin. Yupp, yang namanya Iqbaal. Ternyata Iqbaal adalah adiknya Satria, dan katanya hari ini dia akan melihat siaranku secara live. Hmmm, aku senang bercampur bahagia, sama aja ya.

"Selamat Pagi, dari Cakra FM. Tepat pukul 07.00 dengan Nina, Manda dan Satria" ujarku membuka siaran pagi ini yang akan sampai pukul 09.00
"Minggu ini spesial !! Karena kita bakalan siaran sampai pukul 09.00. Jadi, kalian yang di rumah punya waktu banyak untuk request lagu, kirim-kirim salam dan dapat pengetahuan baru. Ayo, buruan merapat ke radio masing-masing" sambung Manda yang lumayan lancar sebagai penyiar
"Nah, minggu ini juga spesial karena Nina kedatangan fansnya, Hehe. Dan, ayo awali pagi ini dengan semangat. Mungkin ada yang masih jogging, atau bahkan belum bangun. Ayo, untuk mengawali siaran hari ini kita putar lagu dari RAN - Selamat pagi" ujar Satria
"Dan, jangan lupa. Sehabis lagu ini ada fakta-fakta soal sepeda dan cekidot.. ini dia lagunya" sambungku

Siaran pagi ini, benar-benar sukses dan lancar. Aku senang. Dan, sepulang siaran aku mengajak Satria, Manda dan adiknya Satria, Iqbaal untuk makan gado-gado di warung dekat sekolah.

Sama halnya seperti Hanni, yang mengirim pesan kemarin. Iqbaal juga ingin menjadi jurnalis dan penyiar sepertiku.

"Hmm, Iqbaal. Kenapa ng'fans nya sama Kak Nina ? Kenapa gak kakakmu sendiri ? Kakak kamu juga penyiar kan ?" tanya Manda
"Mmm, soalnya Kak Satria siarannya kurang seru, lebih seru Kak Nina. Lagipula usara Kak Nina enak didengerin dan selalu menarik. Selain itu, katanya Kak Nina pintar juga kan, baik lagi" ujar Iqbaal
"Halah.. bilang aja, Kak Nina itu cantik terus udah traktirin kamu gado-gado" ujar Satria
"Haha, muji-muji Kak Nina nih" ujar Manda
"Ntar di marahin Kak Faiz lho, hahaa" ujar Satria
Aku melotot
"Tuh, kan. Kak Nina juga hobby marah-marah lho" ujar Satria sambil terkekeh
"Oh, ya. Kamu kelas berapa. Dek ?" tanyaku mengalihkan pembicaraan
"Kelas 5, Kak" ujar Iqbaal
"Belajar yang rajin ya, Dik. Kakak yakin kamu jadi orang sukses nantinya" ujarku sambil tersenyum
"Pasti dong, Na. Siapa dulu kakaknya, Satria.." ujar Satria membanggakan diri
"Eh, Kakak apaan gantengan adeknya daripada kakaknya" ujar Manda
"Hahahaa.."

***

Senin, sore..
Kebetulan, hari ini guru privatku, Bu Maia sedang tidak bisa hadir mengajarkan ku. Karena, anak beliau yang kelas 1 SMA sedang sakit dan di rawat di rumah sakit. Jadi, aku ikut Manda yang akan siaran hari ini bersama Wieta dan Ario.

Wieta, mendapatkan sms dari salah satu pendengarnya. Yang isinya..

|Untuk, penyiar Wieta Sandira. Siaranmu hari ini SANGAT BAGUS. Membahas tentang persahabatan. Dan asalkan kamu tahu. Aku pendengarmu, yang kebetulan mendengar bahasanmu hari ini sangat tidak setuju. Aku juga ingin bersahabat apalagi mempunyai seorang sahabat. Tapi, karenamu semuanya hilang ! Dan bahasanmu sore ini sangat menusukku. Aku kehilangan kebahagiaan. Tunggu aku, di dekat rumahmu. *PENDENGAR|

Wieta yang berada di dekatku langsung ketakutan dan memelukku. Baru kali ini, selama kurang lebih 5 bulan siaran radio tahun ajaran ini, kami mendapatkan teror. Apalagi terornya kepada salah satu penyiar.

"Nina.." Wieta merintih sambil menutup wajahnya
"Sst, tenanglah. Ini hanya orang yang iri sama kamu" ujarku
"Iya, dan orangnya tak mungkin jauh. Pasti disekitar kamu, mungkin teman lamamu, atau teman sekelas. Jangan takut" ujar Manda
"Hmm, spirit ya friend. Guys, aku pulang ya ? Bye.. Kunci ruangan aku bawa" ujar Ario sambil meninggalkan kami bertiga di gerbang depan
"Aku takut, Ayah kerja di luar kota, hari ini Mamah tidak ada di rumah. Bi Ijah pulang kampung" ujar Wieta
"Terus, kamu sendiri di rumah ?" tanya Manda
"Iya, aku takut" ujar Wieta
"Bagaimana kalau kamu menginap di rumahku ? Aku yakin, Mamahku gak bakalan keberatan" ujar Manda
"Oke, makasih ya, Nda" Wieta sedikit tenang
"Sama-sama. Pulang ini, kita ambil seragam dan peralatan sekolahmu di rumahmu. Nanti kita ke rumah Manda" ujarku
"Iya, kamu ikut menginap juga ya, Na ?" pinnta Wieta
"Iya, Na. Kamu ikut juga" sambung Manda
"Oke" aku mengangguk

***

Malam..

"Coba dong, lihat nomer yang tadi" pintaku
"Nih.." Wieta menjulurkan handphonenya
"Aku share ya ? Kalau aja ada yang tau" ujarku
Wieta hanya mengangguk.


Siapa yang meneror Wieta ?? Darimana dia ??? Apa motifya sampai meneror Wieta ???

Comeback

COMEBACK #6

 

Aku sedang duduk sendiri di balkon kamarku. Bosan, itulah yang aku rasakan sekarang. Manda, sedang latihan basket dan baru pulang jam 5 sore nanti. Sedangkan, Vee ada kursus bahasa inggris, Ifa ada bimbel, dan Ami sedang menikmati tidur siangnya. Tetanggaku, Rakka asyik bermain tenis, di halaman rumahnya seorang diri, dengan lawan tembok. Yupp, itu hal yang gila. Namun itulah kebiasaan Rakka untuk latihan tenis ketika pelatihnya tidak bisa datang untuk latihan.


Handphoneku ke mana...
Oh, iya. Sedari tadi tidak aku keluarkan dari tas sekolah. Parah..
Ada 12 pesan yang masuk, lumayan banyak.
1 pesan dari, Ifa, Vee, Wieta, dan Erza. 2 pesan dari Faiz, dan Manda. Dan 4 pesan dari Dikka.

Daripada aku bermalas-malasan. Lebih baik, aku nonton tv di kamar. That good idea !

***

Satu minggu kemudian..

Mulai hari ini. Manda akan berangkat pagi bersamaku dan menungguku di kantor jurnalis. Manda benar-benar sahabat yang setia. Seperti pagi ini, Manda datang jam 06.15 bersamaku. Rencananya, jurnalis dan penyiar Media Cakra akan ada rapat jam setengah 7. Memang terlalu pagi sih, tapi ini usul Erza agar tidak mengganggu jam belajar. Jadi pelajaran kami tak ada yang terganggu.

"Inti rapat hari ini, keputusan dari Pak Rahmat" Rakka mengawali pembicaraan
"Pak Rahmat itu siapa ?" tanya Tio sambil mengelus kepalanya yang nyaris botak
"KEPALA SEKOLAH !!" semua menjawab kencang ke arah, anak yang paling sering lupa dan hobby tidur ini
"Ooh.." mulut Tio membulat
"Jadi, Jurnalis dan peyiar khusus bidang Media akan dipisahkan dari OSIS. Karena dianggap bisa berdiri sendiri sebagai salah satu eskul di sekolah" Rakka menarik nafas
"Terus, bagaimana dengan bidang mading ?" tanya Dara
"Katanya, untuk mengganti bagian media. OSIS akan membentuk Seksi Informasi, anggotanya 5 orang, Kak Yunda, Kak Jali, Tasya, Sherin, dan Fino. Jadi, Organisasi baru ini, namanya akan berubah menjadi MEDIA SEKOLAH, dan akan mengurus bagian Radio, Majalah, dan Liputan. Tapi..." Rakka melanjutkan ucapannya
"Aduh, pakai tapi-tapi segala" keluh Wieta
"Dengerin dulu !!" pinta Kevin
"Tapi, anggota Media Sekolah harus ada 15 orang. Dan kita harus cari 3 anggota lagi. Besok, kita harus dapat 3 anggota itu. Karena besok bakalan di-sahkan ama kepsek. Jadi, gue harap hari ini ada calon buat anggota baru. Jam 3 kita ketemu di sekolah lagi, dengan 3 calon anggota baru" Rakka menyudahi rapat tepat pukul 07.00

***

"Nin, loe ngusulin siapa ?" tanya Satria
"Ma..." ucapanku terpotong
"Kalau, Gue, Faiz, ama Wieta ngusulin Manda" sambung Satria cepat
"Ya, aku juga itu" ujarku

Aku segera naik ke lantai 3 tempat kelasku berdiri kokoh di sana, kelas 7.2 tempat di mana aku bisa merasakan ketenangan, keceriaan, kebahagian, ketakutan dan semuanya. Hmmm..

Wieta sedang membagikan pengumuman untuk mencari anggota Media Sekolah. Dan yang ingin menjadi anggota diharapkan mengisi formulis di bawahnya, formulir yang dibagikan terbatas, hanya 10 formulir. Kelasku kebagian 2 formulir. Manda udah dapat satu formulir, karena Manda tertarik ikut menjadi jurnalis sekolah, dan formulir terakhir dibagikan kepada..Dikka.

***

Aku, Rakka, dan Erza sedang menyeleksi formulir tadi.
Ada 12 orang, yang mencalonkan diri, antara lain :
Fero 7.1
Aryo 7.1
Manda 7.2
Dikka 7.2
Brian 7.3
Saskia 7.4
Risa 7.5
Shasa 7.6
Rika 7.8
Dino 7.8

Sedangkan 2 formulir lain, tak ada yang mendaftar.

"Gi mana nih ? Aku sih.. milih Manda, Brian dan Saskia" ujar Rakka
"Gue.. hmmm Manda, Dikka dan Brian. Loe, Na ?" tanya Erza
"Hmm, Manda, Brian dan Shasa" ujarku
"Panggil yang lain aja, kita voting.." usul Erza

***

"Masing-masing pilih satu orang" komandoku sambil memegang secarik kertas dan pulpen.

2 menit kemudian.. Kardus air mineral sudah penuh dengan kertas berisi nama calon anggota Media Sekolah.

"Kenapa sih, pakai voting-voting segala ?" tanya Dara
"Kayak milih anggota DPR aja.." sambung Kevin

Hasil voting..

3 suara untuk Manda
3 suara untuk Brian
1 suara untuk Shasa
3 suara untuk Aryo
1 suara untuk Rika
dan 1 suara untuk Saskia.

"Jadi, anggota baru jurnalis dan media sekolah Manda, Brian dan Aryo" ujar Rakka
Prokk..prokk...prokk.. Apa yang harus ditepuk tanganin ? Tapi, ya yang penting happy.

Dan, terbentuklah, eskul baru Media Sekolah yang mengelola Majalah Cakra atau Cakra Magazine, dan Cakra FM.

***

Hari ini, aku dan Manda berangkat siang, jam 7 lewat kami baru sampai di sekolah, karena kebetulan tidak ada kegiatan di media sekolah.

Mengejutkan, baru pagi ini aku datang ke sekolah dan di sambut suasana yang sengit. Tidak biasanya, bahkan tak pernah. Klub futsal kelasku adu mulut. Dari 16 laki-laki di kelasku, 9 diantaranya terdaftar sebagai pemain futsal di kelasku. Dan 5 lainnya ikut dalam tim basket kelas. Sisanya ikut dalam eskul pramuka. Klub futsal adu mulut karena pemilihan kapten, sejak Rakka dua hari lalu mengundurkan diri. Dan sekarang klub futsal terbagi dua kubu, kubu Ridwan dan Kubu Dheo. Sementara tim, basket masih tenang-tenang saja.

***

Dua hari berlalu..

Kini giliran tim basket kelasku yang ribut, alasannya karena masalah sepele, Toni dan Dion tidak terima jadi pemain cadangan, padahal selama ini semua fine-fine aja. Bahkan aku tidak pernah mendengar pepecahan antara mereka.
Bukan hanya itu, beberapa siswi yang lain ikut beradu mulut, dan saling bermusuhan. Contohnya saja, Shania dan Reika yang terkenal bersahabat sejak semester awal, bermusuhan karena hal-hal yang tidak jelas. Viona, Wieta dan Tania, yang terkenal akrab juga ikut-ikutan ribut hanya karena gosib antara mereka. Aku tak tahu titik jelas sehingga ada badai permusuhan di kelas 7.2. Dan ini membuatku tidak betah berada di kelas, jadi aku lebih sering di ruangan media sekolah.

Hari ini, Selasa. Tepat, piketku di Media sekolah bersama Erza, Wieta, dan Rio. Berarti kami akan pulang sore.

Aku melihat Wieta tertunduk lesu di meja sehabis menyiar Radio. Sendiri..

"Wie.. kenapa ?" tanyaku pelan
"Nina. Sebelumnya aku gak pernah sampai bertengkar dengan Vio dan Tania sampai seperti ini. Ini semua karena Fazha !! Tania gak mungkin bisa kepengaruh dengan fitnah Fazha. Aku benci Fazha !!" Wieta terisak dipundakku
"Fazha ? Karena murid baru itu ?" tanyaku
"Iya ! Fazha ! Seandainya anak centil kayak dia gak masuk ke kelas kita. Mungkin hidup gue bakalan tenang-tenang aja" sambung Wieta
"Sabar, ya.." aku mengusap punggung Wieta
"Sebentar lagi, Vee bakalan jemput aku. Dan, Vee bisa menjelaskan yang lebih detail" Wieta mengusap air matanya

Benar saja, 5 menit kemudian Vee datang, mungkin ia naik angkot ke sini.

"Wieta, yang sabar. Fazha memang begitu, aku kenal dia udah lama" Vee mengusap rambut Wieta yang bergelombang
"Kenal lama ?" aku mengkerutkan dahiku
"Iya, Fazha, sahabat lamaku, mungkin sama seperti kamu yang punya sahabat lama kayak Rio. Tapi, Rio selalu baik sama kamu" Vee tersenyum pada Rio yang sedang menyapu ruangan Media Sekolah
"Fazha, dulu dia anak yang baik. Tapi, dia suka merebut kebahagiaan orang lain. Dia gak suka orang lain itu bahagia, tanpa ia juga bahagia. Kamu tau, Riana ? Dia juga merebutnya dari aku, sahabatku sendiri. Dan, Faiz.. Faiz mantannya Fazha. Duo F" cerita Vee
"Hah ?" aku dan Wieta sama-sama tercengang
"Yups, iya. Awalnya itupun karena Fazha yang mengidolakan Faiz" ujar Vee
"Parah banget deh, Fazha itu" ujar Wieta
"Banget" sambungku
"Hmm, Wiet, pulang yuk, setengah jam lagi aku ada bimbel" ujar Vee
"Oke, Nin. Gue pulang duluan ya ? Mau bareng ?" tanya Wieta
"Boleh deh" aku mengangguk dan pulang bersama Wieta dan Vee

***

Hmm, aku sudah tau dalang dari perpecahan tim basket dan klub futsal dikelasku karena siapa. Karena Dikka, sobat lama. Dan, perpecahan diantara siswi perempuan karena Fazha, anak yang gak bisa jauh dari yang namanya kipas.

Hari ini, Dikka mengajakku ketemuan di Depot Es Krim di depan kompleks. Rencananya aku akan mengajak Rio, yang juga teman lamaku saat SD, tepatnya sahabatku. Kenapa aku gak ngajak Faiz ? Terserah gue donk. Lagian Faiz bukan temen SD. :P

"Hai, Ka" aku dan Rio duduk di bangku depan Dikka
"Hai, Na. Hai, Yo" Dikka melemparkan senyum padaku dan Rio
"Kenapa, Ka ?" tanyaku to the point
"Soal masalah di kelas" Dikka tertunduk sambil memerhatikan es krim chocochips yang dipesannya
"Tunggu-tunggu" Rio mennghentikan pembicaraan
"Dikka, tetap setia sama Es Krim Chocochips. Sama kayak kelas 5 dulu, waktu terakhir Nina dan Dikka makan es krim sama-sama" ujar Rio
Aku tersipu, tak menyangka sahabatku sendiri ingat moment masa lalu
Dikka tersenyum tipis
"Nin, pesan es krim apa ? Aku sih es krim coklat. Kamu chocochips ya" Rio berlalu dan memesankan es krim tanpa menunggu persetujuan dariku. Tapi, it's okey.
"Masalah di kelas. Sebenarnya aku gak bermaksud sampai membuat sebagian kelas kita bermusuhan" ujar Dikka
"Terus ? Apa maksud loe  sampai mereka bertengkat kayak gitu ! Gak ada untungnya, Ka" aku mengencangkan volume suaraku
"Maaf.." Dikka merasa bersalah
"Percuma, gak ada gunanya minta maaf ke gue ! Minta maaf ke mereka. Dan buat mereka bisa sahabatan kayak dulu lagi" aku sedikit kesal
"Oke. Gue janji didepan Nina Arisa Putri. Dua hari kedepan akan mendamaikan perpecahan antara tim basket dan klub sepak bola" Dikka tersenyum dengan seikat janji, janji yang lumayan sulit untuk ditepati
"Oke. Apa alasan loe sampai buat mereka bertengkar gitu ?" aku mencicip es krim chocochips yang baru dibawakan Rio
"Karena, Fazha" Dikka tertunduk
"Astaga !! Nenek lampir itu !" pekik Rio
Aku mengisyaratkan untuk diam
"Iya. Fazha. Dia yang nyuruh katanya supaya bisa mencari perhatian anak kelas 7.2. Jadi kami berdua sebagai murid baru bisa berbaur lebih cepat" ujar Dikka
"Norak banget, Fazha. Caranya gak gini juga kali ! Anak-anak 7.2 bakalan nerima siapa aja, asal bisa jadi temen yang baik. Terus, kenapa juga loe mau ?" ujarku sedikit keras
"Setuju" ujar Rio
"Fazha, mantan gue. Kemarin putus. Dan aku merasa bersalah. I'm so sorry" Dikka menunduk
"Loe, sama noraknya kayak nenek lampir itu" ujar Rio
"Ssst.. Oke, buktikan janji loe tadi ! Gue sama Rio pulang dulu, mau ke Media Sekolah. Udah dipanggil sama Erza buat menyiarkan radio sore ini. Bye.." ujarku lalu pergi
"Bye.. Chocochips" Rio tersenyum
Aku mncubit lengan sahabatku ini
"Apaan sih, chocochips segala" aku merengut
"Panggilan lama Nina dan Dikka.. Oph.. Oke-oke ntar gue dijitak Faiz" ujar Rio yang langsung menutup mulutnya.

Aku, Rio dan Erza akan menjadi penyiar radio sekolah, sore ini. Ada juga Dara dan Wieta yang menyelesaikan majalah sekolah.

 

Comeback

COMEBACK #5

 

...

Aku sedang sibuk dengan sekolah, dan duniaku. Akhir-akhir ini aku jarang ke ruang jurnalis. Entah apa yang mendorongku malas ke sana. Minggu depan libur satu minggu, aku ingin sekali merasakan liburan tenang bersama orang-orang yang aku sayang. Aku akan mengajak Manda, Vee dan Ami. Tapi, kira-kira ke mana ? Aku tak tahu. Vee mengusulkan untuk berlibur di pantai, Manda mengajak ke kebun teh milik pamannya di puncak, sedang Ami tak ada mengusulkan. Aku sebenarnya ingin mengajak teman-teman jurnalis, namun belum tahu siapa. Vee mengusulkan mengajak Faiz dan Satria, aku sih setuju-setuju saja.

***

Akhirnya kami memilih berlibur ke perkebunan teh milik pamannya Manda, namanya Om Umar. Aku senang sekali bisa menghirup udara sejuk seperti ini, sudah lama aku tidak berkunjung ke sini.

Hari ini. Kami bermain di sekitar kebun teh, Satria mengambil gambar kami dengan kameranya yang udah 'sembuh'. Aku benar-benar bisa menikmati ketenangan liburan. Tanpa beban pr, beban mencari berita, beban apapun. Huaaa.

Kami sudah berlibur dua hari di sini, rencananya sih sampai 3 hari, besok kami akan pulang.

"Satria. Sini ! Loe duduk terus dari tadi !" komentarku saat melihat Satria sibuk dengan netbooknya
"Aah, aku sibuk !! Nih, banyak banget yang harus di selesaiin" ujar Satria, Satria adalah sepupu Manda.
"Yaelah. Sok sibuk" ledek Faiz sambil duduk di sebelah Satria
"Eh, pada mau tau gak anak-anak Cakra liburan ke mana aja ?" tawar Satria
"Mau-mau-mau" jawabku, Manda, Vee dan Ami, kemudian duduk di sekitar Satria
"Nih, dengerin ya" Satria menatap netbooknya

"Kak Farhan liburan ke Singapur ! Rakka ketua jurnalis itu liburan ke Jogja, Yunda ke pabrik kaos bareng-bareng anak kelas 7.6 ! Dara ke Bali. Viola dan Sarah ke Lombok. Tio selama liburan ikut les sempoa !! Haha, rajin banget tu anak.." ujar Satria
"Hahaha, yang lain ?" tanya Ami
"Cherry ke Padang. Kak Retta ke Balikpapan. Chandra ke Australia. Ifa di rumah. Dan..Rio anak cupu itu gak ke mana-mana" ujar Satria
"Oh, eh. Btw, tau dari mana Sat ?" tanya Vee
"Ini, facebooknya Media SMP Cakra, sama akun twitternya. Blognya juga. Pokoknya Rakka memberikan semua urusan ke aku !" ujar Satria
"Lho ? Emang Erza ke mana ?" tanyaku
"Erza flu berat" ujar Satria

***

Besok, kami akan kembali ke rumah masing-masing. Malam ini aku duduk sendiri di teras villa milik Paman Umar, memandangi hamparan kebun teh dengan latar gelapnya malam dan taburan kerlip bintang. Sweter biru ini cukup menghangatkan aku. Ditambah secangkir coklat panas disampingku.
Faiz duduk disebelahku. Dan, menatap atap dunia yang dihiasi ratusan bintang.

"Lagi ngapain ?" tanya Faiz
"Seperti yang kamu lihat. Duduk, dengan coklat panas dan memandang bintang-bintang imut di langit" jawabku
"Oh, aku mau tanya. Rio itu siapa ?" tanya Faiz
"Rio ? Haruskah itu di bahas ?" tanyaku balik
"Maaf. Aku hanya ingin tau" ujar Faiz
"Oke, Rio. Sahabat lamaku di SD, dan tak akan pernah menjadi bagia dari sahabatku lagi sekarang. Aku kecewa ! Aku gak pernah sayang pada Rio, aku hanya menganggapnya sahabat. Dan sekarang, aku mencoba menjauh, ia masa lalu ! Dan aku hanya ingin bersama orang-orang yang aku sayang" tuturku memecah konser jangkrik di kebun teh
"Orang-orang yang kamu sayang ? Siapa ?" tanya Faiz
"Keluargaku, teman-teman,sahabat-sahabatku seperti Vee, Manda, Ami, Ifa, Rakka, Satria dan.."
"Dan siapa ?" tanya Faiz
"Dia bukan sahabatku, tapi aku merasa senang berada di dekatnya. Mengarungi jeram waktu. Dan.. nanti kamu akan tau sendiri" ucapku
"Hmm" Faiz diam
"Kalau kamu ?" tanyaku
"Apa ?" Faiz yang ternyata lemot malah bertanya balik
"Siapa orang-orang yang kamu sayang ?" tanyaku
"Keluarga, teman-temanku, sahabatku Satria dan.." Faiz menghentikan ucapannya
"Udah deh, jangan bikin penasaran ! Siapa ?" tanyaku
"Kamu" Faiz beranjak
"Hey, mau ke mana ?" tanyaku menghentikan langkah Faiz
"Duduklah, ceritaku belum selesai" ujarku
"Hmmm.." Faiz menghela nafas panjang
"Aku ?" aku bertanya
"Iya" jawabnya singkat
"Kenapa aku ?" tanyaku
"Karena perasaanku" ujarnya singkat
"Iz, kau tahu siapa orang yang belu ku sebutkan tadi ?" tanyaku
Faiz menggeleng
"Kamu !" ujarku sambil tersenyum
Faiz membalas senyumku.
"Would you be my princess ?" tanyanya tiba-tiba
"Hah ?" aku tercengang
"YES !!" Satria, Ami, Manda dan Vee muncul dari belakang sambil berteriak seirama
"Aku tahu perasaanmu, Iz" Satria mengerdipkan mata
"Nina.." Manda tersenyum, hanya Manda yang tahu sepenuhnya isi hatiku
"Oke !"
"YUHUUUU" semua bersorak
"Apaan ? Aku belum jawab. Baru bilang oke doang. KAMSEUPAY deh" ujarku
"Jawab !!" cegat Vee
"Yes !" aku menjawab cepat
"HORREE !!" Satria bersorak

***

Sekarang udah masuk sekolah lagi, hari-hari serasa aku jalani diatas jalan pelangi. Kalau kalian bertanya siapa yang comeback atau kembali. Ini belum sampai pada inti cerita. Let's see.

"Kelas kita bakalan kedatangan murib baru !!" seru Ardo di pintu ke;as 7.2
"Siapa ?" tanya salah satu siswa yang bernama Meika
"Cewek atau cowok ?" tanya Naura
"Dari mana ?" tanya Sarif
"Sabar-sabar ! Dia bakalan datang sebentar lagi" pekik Ardo
"Dia datang sama Bu Icha" ujar Deon
Semua siswa segera masuk ke dalam kelas, duduk rapi bak tuan putri. Aku duduk di sebelah Ami.

Bu Icha, masuk kelas ditemani seorang murid berambut panjang lurus, behel warna-warni berjejer rpi di giginya yang putih. Hei, dia tak datang sendiri. Ada seorang murib baru lagi, bedanya penampilannya cool, tapi tetep lebih cool Faiz. Hehe..

"Kita kedatangan dua murid baru"  ujar Bu Icha
"Silahkan perkenalkan nama kalian" pinta Bu Icha
Siswa baru perempuan memperkenalkan dirinya terlebih dahulu.

"Namaku Fazha Imelda dari SMP GRAHA. Call me, Fazha" ujarnya, kelihatannya ia anak yang suka memerhatikan penampilan lihat aja tuh, gelang blink-blink di tangannya ditambah aroma parfum yang kecium sampe bangkuku di nomer dua ini.

"Namaku Mahardika Darmawan, panggil aja Dika, dari SMP Cempaka" ujarnya cool. Beberapa anak, sudah menatapnya. Aku sudah kenal anak ini, kenal banget malah. Dia teman SDku yang sekelas, sementara Rio tidak sekelas denganku saat SD. Dika menatapku tajam. Dulu Dika anak yang cool baik dan rendah hati, tapi sekarang, sudah berubah sombong, aku tau sejak kapan. Sejak perusahaan Darma milik ayahya sukses pesat dua tahun lalu.

Hmmm, kelasku kedatangan anak-anak yang bisa ditebak dari penampilannya. Bete deh ngelihatnya.

"Aduh, Na. Mataku sakit nih ngeliat yang namanya Faza itu" bisik Ami sambil mengucek-ucek matanya
"Mirip nenek sihir, Na" ujar Rasyid padaku
"Na, gue kenal Fazha" ujar Vee pelan
"Aduh, keren banget" ujar Sandra menatap Dika, idiih, keren apaan.

Bagaimana keadaan setelah 2 murid baru ini datang ? Hmm, dua anak baru ini bakalan diwawancarai jurnalis Cakra. Ikut siaran bersama penyiar sekolah, yaitu Aku, Wieta, dan Erza. Hmmm. Malesss..

Ku tegaskan, Rio sahabat lamaku, yang super protektif. Sering melarangku berteman dengan siapa saja. Dan saat ini sifat Rio sudah banyak berubah. Oke, Rio sahabat lama.

Faiz ? Keterlaluan gak tahu Faiz ! Faiz is prince. Hahaa.

Bagaimana kelanjutannya ?? Siapa Fazha, dan siapa Dika ??? Siapa mereka ?? *whuaa lebay.
Baca terus ya ??

 

Comeback

COMEBACK #4

 

...

Aku meletakkan kencang tumpukan Majalah Cakra yang siap terbit hari ini. Aku kesal, sedari tadi memanggil nama Rakka namun tak ditanggapi, ia sibuk dengan komputer di ruangan jurnalis, tanpa sepatah katapun menjawab panggilanku.

"Kaa..!!" pekikku keras
"Eh, iya apa ? Majalah Cakra ? Taruh aja di situ, ntar Erza ama Kelvin yang bagiin" ujar Rakka cepat
"Oke !" aku menjawab kesal lalu berbalik
Faiz berdiri di belakangku

"Ups.. ada apa ?" tanyaku sembari menatap Faiz yang bengong melihat tingkahku memanggil Rakka, seperti seorang adik yang haus akan perhatian kakaknya. Ih, oogah aku jadi adiknya Rakka.
"Gak apa-apa" jawabnya datar lalu diam
"Hmm, Yo ke kantin yuk" ajakku pada Rio yang sibuk dengan netbooknya
"Ayo. Eh, tapi.. tugas Biologiku belum selesai" Rio menunjuk ke tumpukan buku dan netbooknya
"Mmm, oke" aku mengangguk
"Tapi.." Rio berubah pikiran, sambil melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 06.20.
Yups, sepagi ini para jurnalis sudah datang di sekolah, masing-masing sudah sibuk, ada Rakka yang serius dengan komputer, Rio dengan tugasnya, Dara dan Tio dengan pr-nya masing-masing dan Erza yang sibuk dengan MP3 nya. Satrio masih sibuk dengan kameranya yang jatuh gara-gara balapan dengan Faiz kemarin. Dan yang santai hanya aku dan Faiz. Klop banget yak ? Tapi, Faiz memang tipe anak yang enggak pernah sibuk banget, beda dengan aku yang sok sibuk. Jiahh.

"Sama aku aja. Aku belum sarapan" ujar Faiz
"Oke, Yo, gue duluan yah. Satria enggak diajak ?" tanyaku
"Woy, sorry aku udah sarapan duluan, sob" ujar Satria

@Kantin..
Untung ada beberapa kios yang buka. Dengan gamangnya, aku memesan segelas teh hangat, dan nasi goreng. Faiz memesan yang sama. Kami duduk di bangku tengah yang masih sepi, ya iyalah masih jam setengah 7. Sekolah akan ramai pukul 07.00. Di sekitar kami hanya ada bangku-bangku dan kios dengan penjaga masing-masing. Aku menunggu pesanan sambil memainkan tanganku diatas meja. Faiz merogoh sakunya, hendak mengambil sesuatu, mungkin handphonenya atau Kerry, mainan robot kecil yang seperti danbo. Namun, karena tidak menemukan apa yang ia cari, Faiz menghela nafas pelan.

"Kenapa ?" tanyaku cuek, memecah canggung dan suasana garing
"Handphoneku ketiggalan" ucapnya singkat
"Oh, Kerry pacar lo juga ketinggalan ?" tanyaku
"Hmmm.." Faiz tak menjawab dia langsung menyantap pesanan kami yang sudah datang

Kurang enak, ih, kalau enggak pakai sambal. Aku mengambil tempat sambal yang berbentuk kubus, Faiz mengambil hal yang sama. Kami mengambil bersamaan. Faiz mengalah dan memberikan aku mengambil sambalnya terlebih dulu.

Kurang lebih, 15 menit makan. Kami kembali ke kantor jurnalis dan melanjutkan pekerjaan masing-masing. Sudah ada beberapa anak 'rajin' yang berdatangan ke sekolah. Baru memasuki ruang jurnalis aku sudah di sambut tugas, dari Rakka. Yang merupakan tugas yang berat. Seberat apa sih ?

"Nin, bawain tasku ke kelas 7.2 taroh aja di bangku ku. Ntar balik lagi ke sini. Ada tugas ! CEPAT !" perintah Rakka
Aku yang lemot namun baik hati ini dengan setengah hati mengambil tas Rakka yang merupakan tugas berat karena apa ? Tas Rakka 3x lebih berat dari tasku, entah batu bata atau batu bara yang ada di dalam tasnya.
Aku segera menenteng tas Rakka yang super berat itu ke lantai 3, lalu turun lagi. Ditambah lagi beban tasku yang beratnya sekitar satu kilo. Aku hampir ambruk di depan kantor jurnalis.

"Kenapa. Nin ?" tanya Erza
"Habis melaksanakan tugas BERAT !!" ujarku sambil memperjelaskan kata BERAT
Erza tekekeh, ia sudah tau benar tugas BERAT itu karena hampir setiap hari adalah tugasku. Aku bagaikan pembantu untuk Rakka, karena sering disuruh mengantar tasnya setiap hari. Awas loe, Ka !! Tapi aku tetap menghormati Rakka yang menjadi ketua kelas, ketua bidang media di OSIS dan ketua kelompok Biologiku. Tak lepas dari Rakka.

"Na, gi mana breakfast   bareng Faiz ?" tanya Satria saat aku duduk di kursi di sebelahnya
"Apaan sih ?" tanyaku sambil membolak balik majalah Cakra yang baru
"Ciee, orang biasanya dinner, ini breakfast. KERENN..!!" tawa Satria, untung anak-anak yang lain tak ada yang mendengar
"Jail banget lu !!" ujarku lalu beranjak pergi
"Gue SERIUS !!" ujar Satria
Terserah, aku tidak mood bercanda atau apalah, karena tugas berat tadi. Hedehh.

***

Aku sedang membaca majalah Cakra bersama Cherry, hmm, tumben kami berdua bisa akur, biasanya kami sering ribut dan ngomel. Tapi hari ini kami akur. Tak beberapa lama..

"Cherr, balik halamannya dong, aku mau lihat liputan basket" ujarku
"Eh, ntar dulu. Aku belum baca liputan tentang Kak Farhan ikut lomba model nih" ujar Cherry
"Ih, Cherr, ayo cepet. Aku mau lihat nih" ujarku
"Ntarr !!" seru Cherry
"Pinjemm bentar.." aku menarik majalah bersampul manga yang dibuat Zhania anak kelas 7.4
"Aku duluu !!" Cherry tak mau kalah dan langsung menarik dengan kencang majalah tersebut dan berakibat krekkk..
Majalah itu sobek, aku cuek. Bukan punyaku juga ! Batinku tak peduli. Sedangkan Cherry langsung panik.

"OH NO !!" jerit Cherry
"Majalahnya sobek, Nin" ujarnya menggoncang bahuku
"Iya, gue tauu !!" ucapku datar dengan cueknya
"Nina !! Ini bukan punya kita !" pekik Cherry
"Iya gue juga tau" ucapku kesal
"Ini punya Vee, mati kita dimarahin. Vee kan belum sempat baca" tutur Cherry
"Hah ? Apa ?" aku baru kaget sekarang saing lemotnya aku dan lupa pemilik majalah itu
"Gi mana nih, Nin ?"
"Mana aku tau.."
"Kamu sih.."
"Kok aku !" aku manyun
"Udah ah, loe kan bisa minta di kantor jurnalis" ujar Cherry
"Gak semudah itu, Cherry ! Tetep aja harus bayar, biarpun aku anggota jurnalis sekalipun" tuturku tenang
"Nyolong aja.." usul Cherry
"Gile !! Gak ! Bisa ditendang Rakka aku dari jurnalis sekolah. Gak..Gakk pokoknya" aku membayangkan akan dapat masalah lagi jika mengambil majalah tanpa bilang-bilang, dan tanpa bayar. Aduh, dosa tau, Cherr !!
"Hmm, gi mana dong ?" Cherry minta pendapat
"Ada apa sih ?" tanya Vee yang datang ke arah kami
Nah, lho. Pemiliknya datang, aku dan Cherry panic attack

"Hehe, gak apa-apa sih" Cherry beralasan sambil nyengir
"Iya, kan. Na ?" Cherry menyenggolku yang berada di sebelahnya
"Hmm, majalah kamu sobek, Vee" ujarku jujur dengan mode lemotku
"Apa ?" mata Vee membulat
Kami habis-habisan dapat ceramah dari Vee + disuruh memperbaiki majalah yang sobek itu dengan selotip.

Okey, it's simple..

***

"Ninaa !! Faiz..." Satria berlari ke arahku Faiz mengikuti dibelakangnya dan langsung menutup mulutnya
"Hmmpp..Faiz..hmmmppp.." suara Satria tak jelas
"Apa ?" tanyaku
"Faiz naksir elo"  ujarnya jelas
Seisi ruangan jurnalis memangdangku diam, ada Rakka, Rio, Erza Luna, dan Manda dan Vee yang sedang menemaniku.
"Ciyee.." ko'or Erza dan Rakka bersamaan
Rio menatap tajam sambil berpura-pura mengelap kacamatanya
"Terima kagak ?" tanya Satria, Faiz canggung dan berdiri seperti ondel-ondel
"Apa-apa'an sih ? Gak lucu" ujarku
"Bener, ada-ada aja loe" Faiz menjitak kepala Satria
"Yahh..." seisi ruangan kompak berucap lemas
"Hahahaa" aku tertawa memecah kerancuan
"Loh ? Kok ketawa ?" tanya Satria
"Lihat tuh, Tio sama sekali gak keganggu dengan ributnya kalian" aku menunjuk ke arah Tio yang tertidur di kursi, untuk mengalihkan pembicaraan
"Hahaa" yang lain hanya tertawa

Kenapa Faiz ? Kenapa Nina ? Kenapa cerita ini ? Dan kenapa Tio doyan tidur kayak putri tidur ? Hahaa. Penuh dengan kenapa.

 

Comeback

COMEBACK #3

 

...

"Hai, Yo" aku berbalik seorang laki-laki sebayaku berkacamata berdiri tegap. Lengkap dengan seragam SMP ?? SMP Cakra ?
Faiz tersedak jus melon yang dipesannya, Satria menepuk punggung Faiz berkali-kali
"Rio ?" aku menatapnya sejenak
"Yups, aku sekarang sekolah di sini" ucap Rio mantap sambil memperbaiki letak kacamatanya
"Yang benar ?" tanyaku heran
"Iya." Rio tersenyum dengan khasnya
"Selamat Bergabung di SMP Cakra" Rakka menyalami Rio
Dan tangan-tangan lain ikut nimbrung di tangan Rio
Sementara aku masih tercengang
"Silahkan duduk, karena kamu siswa baru. Aku traktir jus jeruk spesial" ujar Yudha
"Oke, makasih" Rio duduk di bangku di sebelahku
Faiz terbatuk-batuk di bangku di depanku
"Kenapa sih, loe ?" tanya Vee curiga
"Batukk.. Uhukk" Faiz meneguk air putih yang diulurkan Satria
"Huft.." Faiz berucap lega

***

Rio, lengkapnya Ario Putra. Duduk di kelas yang 7.8. Sering akrab dengan aku yang lain, terlebih aku adalah teman lamanya. Rio juga bergabung di jurnalis sekolah, jurnalis sekolah merupakan bagian dari OSIS yang mengurus Cakra FM, Mading, dan Majalah sekolah yaitu Majalah Cakra. Aku merupakan bagian dari jurnalis tersebut, jurnalis sekolah beranggotaka 12 orang anak, dan merupakan anggota terbanyak dibidang kepengurusan OSIS. Nama-nama mereka antara lain, Aku, Faiz, Rakka, Luna, Satria, Dara, Helen, Erza, Tio, Kevin, Wieta dan Rio .Anggota tersebut dibagikan tugas masing-masing. Seperti Rakka, ketua yang bertugas mengatur penerbitan majalah dan Cakra FM, Erza wakil yang sering mengurus bagian mading. Aku, Satria, Wieta dan Dara merupakan pembawa acara di Cakra FM sedangkan Tio dan Kevin bagian kepengurusan. Faiz, dan Satria adalah duo ahli kamera, sedangkan Aku, Luna, dan Helen merupakan jurnalis pencari berita. Helen, Erza, Dara, dan Rio merupakan pengurus bagian mading. Dan khusus majalah, semua pihak terlibak. Majalah Cakra akan terbit dua minggu sekali, dengan jumlah halaman 30 lembar. Tugas kami memang lumayan berat. Tapi inilah jalannya.

Jam 2 siang, aku baru pulang dari sekolah. Manda, sudah menungguku di rumah, maklum saja rumah kami bertetangga. Harusnya pukul setengah 2 aku sudah sampai di rumah. Tapi aku terlebih dahulu membereskan kantor jurnalis dan Cakra FM, aku beres-beres dibantu Dara, Erza, Rio dan Faiz. Sementara yang lain sudah pulang karena tugas masing-masing.

"Capek banget yah. Na ?" tanya Manda saat kami bersantai di ruang tengah
"Banget, huft.." aku mendesah pelan
"Nin, hari ini Tim Basket Putra sekolah ada tanding sama musuh bebuyutan kita, SMP Mitra. Siapa yang liput ? Kalau kamu, aku ikut nemenin sekalian nonton. Hehe" Manda yang anggota basket tim putri terkekeh
"Aku enggak liput, Rakka, Wieta dan Rio yang liput" ujarku
"Terus sore ini kamu mau ngapain ? Aku juga males ke sana" ujar Manda
"Hmmm, aku di ajak Faiz dan Satria makan bubur kacang ijo di depan kompleks. Mau gak ?" tanyaku semangat mengingat ajakan Faiz tadi
"Boleh, jam berapa ?" tanya Manda sambil melirik jam dinding rumahku yang masih menunjukkan pukul setengah 3 lewat.
"Jam setengah 4. Sekalian ntar aku ajak Vee dan Ami" ujarku semangat

***

Perutku kenyang, dengan burjo super lezat ala Bu Maida yang memang ahli memasak makanan enak. Sekarang masih pukul 17.15. Manda mengajakku dan Vee ke rumahnya, sementara Ami sudah pulang duluan karena nanti malam akan ke acara keluarga.

Kamar Manda..

"Faiz baik banget yah sama kamu, burjo kamu dibayarin, kamu tadi mau diantar pulang karena lupa bawa sepeda" komentar Manda sambil merebahkan diri di kasur
"Gak juga tuh" ujarku sambil duduk di karpet berwarna biru muda
"Hmm, iya juga sih" Vee menutup novel yang dipinjamnya dari Manda, novel dengan jumlah halaman 148 itu sudah habis ku baca seminggu lalu
"Tuh, Vee aja setuju. Hmm.. jangan-jangan.." Manda memekik
"Jangan-jangan apa ?" tanyaku sambil menyipitkan mata
"Faiz naksir Nina..Hahaa.." Vee dan Manda menjawab kompak

Aku mencubit pipi dua sohibku ini pelan, tapi tetep sakit katanya

"Apa-apaan ?" aku beridiri dan berkacak pinggang persis seperti gaya Pak RT ketika sedang marah
"Hahaa.." Manda tertawa
"Kalo bener gi mana ?" tanya Vee
"Hahahaa.." kini aku yang tertawa lepas
"Aku bakalan ngelemparin Jogi, anjing Pak Zack dengan sandal Mbak Ira dan siap kena marah Mbak Ira" candaku
"Haha, bener lho ya ?" Vee menatapku serius
"Lho ?" aku bingung
"Kamu janji loh, Nin" Manda tersenyum
"Hmm, terserah" aku memalingkan wajah manisku *jehh, Nina pede

***

Dari ruang kantor jurnais yang berukuran 3x4 meter persegi yang gabung dengan Cakra FM aku berjalan cepat karena Manda sudah menungguku di depan mata. Manda akan pulang bersamaku karena kebetulan sepedaku sedang ringsak alias rusak bin hancur karena kemarin aku nabrak tiang listrik. --"

Aku berjalan cepat, namun. Depp, seseorang memegang tangan kiriku dari belakang, siapa ? batinku. Oh, Rio.

"Na, jangan pulang dulu dong, ini hari terakhir buat nyusun Majalah Cakra, besok udah terbit" ujar Rio
"Hmm, ntar aku pulang sama siapa ? Manda udah nungguin tuh" elakku
Rio hendak menjawab dengan mulut yang sudah mangap
"Sama aku aja.." jawab Faiz cuek
"Nah, entar kamu diantarin Faiz ! Bye.. princess.." Manda berlari sambil terkekeh
Aku sudah tau maksud hati Manda, yang terkadang jahil padaku
"Aku aja yang anterin. Aku mau minjem komikmu" Rio beralasan
"Aku aja, kamu kan bisa pinjam besok" Faiz bersikap santai sambil berpura-pura mengatur meja yang sebenarnya tidak berantakan. Kurang kerjaan.
"Hmm, oke" Rio mengalah lalu masuk ke ruangan Cakra FM

***

Pulang..

"Makasih, yah Iz" aku tersenyum
"Sama-sama, princess" Faiz tersenyum kecil dan langsung pergi mengejar Satria yang mengajaknya balapan
"Princess ??" aku bingung bin heran. Sejak kapan teman-teman lain memanggilku princess ? Hanya Manda yang sejak kecil sering memanggilku princess. Tapi, terserahlah. EGP. Whatever. Gak peduli.

Sekarang sudah jam 4, dan whuaa... PR Ekonomi, Fisika dan Biologi menungguku. Aku mempercepatkan langkahku masuk ke rumah.

 

Comeback

COMEBACK #2

"Yee, siapa juga yg mau liputan bareng kamu" celoteh Nina acuh tak acuh
"Bukan aku juga yang nyuruh" Faiz hanya menjawab cuek sambil menggantung kameranya
"Kalau aja, Satria gak sakit dan Luna gak ke Singapur, pasti mereka yang nemenin aku !" protes Nina
"Okey" Faiz cuek
"Aku haus lebih baik kita cari minum" ujarku
"Hmmm" Faiz mendesah sebentar

Aku, dan Faiz meliput acara Go Green di SMP Harapan yang jaraknya cukup jauh dari sekolahku, SMP Cakra. Dan kali ini, rekan jurnalisku adalah seorang yang sangat menggilai robot, mungkin ia bisa menciptakan robot sebagai pacarnya, thats Faiz. Okey, mari lihat liputanku bersama anak super cuek ini.

"Kalau jalan yang cepet dong" protesku sambil melewati koridor SMP Harapan
"Iya..Iya.." Faiz menjawab santai

Dan, BRUKK.. Waduh, Faiz menabrak salah satu siswa SMP Harapan yang merupakan panitia acara Go Green ini.
Mereka sama-sama jatuh dan tersungkur.

"Eh, maaf-maaf" ucapku berkali-kali
"Hmm, gak apa-apa" anak laki-laki yang ditabrak Faiz itu memperbaiki kacamatanya
Lalu memakai kacamatanya, dia sempat tercengang melihatku.
"NINA ??" tanyanya spontan
Faiz melongo
"Iya. Kamu ?" tanyaku bingung
Anak laki-laki itu melepas kacamatanya
"RIOO !!" teriakku sambil tersenyum lebar
"Haha, lama banget enggak ketemu" ujar Rio
"Hehe, udah pakai kacamata nih" godaku
"Iya, ini siapa Nin ? Pacar kamu yah ?" Rio menunjuk Faiz yang berdiri di sebelahku
Yang di tunjuk hanya bingung, dan tercengang

"Hah ? Bukan-bukan !" ucapku
"Haha, kirain" Rio terkekeh
"Kenalin, Ini namanya Faiz, jurnalis sekolah" ujarku
"Faiz.." Faiz tersenyum menyambut tangan Rio
"Rio.." ujar Rio ramah

"Eh, kalian pasti haus kan ? Kita ke caffe SMP Harapan aja. AKu traktir milkshake coklat deh" ujar Rio
"Oke deh, io" aku tersenyum

***

"Hmm, sampe ketemu ya, Io. Bye Jabrik !!" teriakku dari jendela bus sekolah milik sekolahku yang mengangkut beberapa anak untuk acara Go Green di SMP Harapan termasuk aku dan Faiz yang menjadi jurnalis
"See you, Nina" Rio tersenyum

"Siapa itu, Na ?" Faiz angkat bicara saat aku memalingkan wajahku dari jendela
"Mau tau aja, loe" ujarku sok cuek
Faiz diam sambil mengutak-atik kamera yang menggantung di lehernya. Aku tau Faiz kecewa. Tapi siapa yang peduli *jahat bener, Nina

***

Beberapa bulan kemudian..

"Hah ? Nyanyii ??!" aku melongo mendengar ucapan Rakka, Ketua kelasku
"Iya, kamu yang nyanyi. Dan aku yang iringi pakai gitar" ujar Rakka
"Pliss, Na. Untuk perwakilan dari kelas kita" pinta Vee dengan suara serak
"Kenapa enggak Vee aja ?" tanyaku
Yudha menjitak kepalaku pelan
"Udah tau, suara Vee suaranya serak masih di suruh nyanyi. Harapan kelas 7.2 cuma kamu" ujar Yudha
"Hmm, kenapa gak yang lain ?" aku protes menghentakkan tanganku di meja yang dikelilingi 5 orang siswa kelas 7.2 yaitu, Aku, Vee, Rakka, Yudha, dan Sandra
"Udah deh, kamu aja" cegat Sandra
"Sstt, kalau Wieta yang nyanyi penonton bakalan kabur, kalau Diana dia bakalan nyanyi pakai logat jawa, kalau Derry kayaknya gak pantes jadi penyanyi. Kalau.." Rakka berargumentasi
"Stop !! Oke-oke-oke. Aku mau nyanyi untuk acara ini. Tapi dengan satu syarat !" Aku mengedarkan pandangan ke mata teman-teman lain
"Apa ?" tanya mereka serempak
"Harus lagu, You Belong With Me" ujarku
"Hmm, oke" Sandra mengangguk
"Jadi, Rakka harus hapalin chord gitarnya" ujarku lagi
"Hah ? Aku gak bisa" Rakka mengelak
"Ayolah, ntar aku ajarin" ujar Yudha dengan jurus pede-nya
"Eh, kamu kan gak bisa main gitar, Dha !" protes Vee
"Hehe.." Yudha cekikikan
"Oke, aku coba" Rakka setuju
"Sipp" semua setuju

***

Seminggu kemudian..

Akhirnya, aku dan Rakka membawakan lagu You Belong With Me dengan lancar tanpa kendala. Acara pentas seni antar kelas selesai, dan kelasku, kelas 7.2 menyabet juara 3. Cukup membanggakan.

Vee, Manda, Ami dan Ifa dengan semangat ikut menyanyi di bangku penonton. Faiz orang yang dulu menyebalkan saat kami liputan di SMP Harapan menjadi teman baik yag bisa aku andalkan, ia mengambil beberapa foto saat aku dan Rakka pentas.

"Keren lho, Nin" puji Satria dan Faiz saat aku dan teman-teman lain berkumpul di kantin sekolah
"Setuju.." Vee mengagguk
"Nina gitu, dia kan sering duet bareng aku di balkon rumah" ujar Manda, sahabat sekaligus tetanggaku
"Haha, betul" aku mengangguk
"Hai, Nin" panggil seseorang yang tiba-tiba muncul saat aku, Manda, Vee, Ifa, Ami, Cha, Yudha, Rakka, Satria, Dheo dan Faiz berkumpul di kantin

Siapa dia ??

 

Comeback (introduce)


PERKENALAN

Nina
Namaku Nina, lengkapnya Nina Arisa Putri. Aku siswa kelas 7.2 di SMP Cakrawala. Hobbyku banyak, salah satunya jalan-jalan dengan sobat-sobatku. Aku sangat suka makan es krim.

Manda
Ini sahabatku sejak kecil, nama lengkapnya Amanda Raissa. Kelas 7.4. Hobby petualang, kreatif dan sangat suka musik. Ia benci jika ada orang yang menyakiti sahabatnya

Luna
Lengkapnya, Aluna Nada. Lebih akrab dipanggil Luna, seorang penulis yang hebat, tapi ia tak suka karya tulisnya dihubungkan dengan hal-hal sehari-harinya. Ia siswa kelas 7.1

Vee
Nama lengkapnya Viola Renandra. Renandra adalah nama keluarganya. Ia satu kelas denganku. Termasuk orang yang tak suka berjalan jauh, apalagi karena faktor tipusnya.

Rakka
Nama lengkapnya Rakka Mandala. Sering ditunjuk sebagai pemimpin. Dan ia merupakan orang yang pantang menyerah, khawatir tinggi, sedikit keras kepala dan sangat serius. Ia satu kelas denganku di kelas 7.2. Ketua bagian Media.

Faiz
Siswa dari kelas 7.1 ini bernama lengkap Faiz Nugraha. Berpengetahuan luas tetang teknologi, sangat keren jika berkacamata. Hobby olahraga basket. Dan ahli dalam hal robot.

Satria
Sahabat akrab Faizz ini berasal dari kelas yang sama dengan Faiz. Nama lengkapnya Satria Mahendra. Hobby sepak bola, dan bulu tangkis. Merupakan lawan tangguhku dalam setiap permainan bulu tangkis antar kami. Sangat suka fotografi.

Ami
Nama lengkapnya, Amira Salma. Sekelas denganku. Ia pandai memasak dan tidak pernah meninggalkan sholat.

Ifa
Hanifah Putri, nama lengkapnya. Berasal dari kelas 7.5 . Ia selalu membawa buku kemanapun ia pergi.

Deo
Namanya, Deo Setya. Termasuk anak yang terkenal jahil. Sangat hobby dengan komedi dan cartoon. Prestasinya kurang mencolok di sekolah. Berasal dari kelas 7.3

 Rio
Teman lama Nina, dan merupakan siswa baru di SMP Cakra di kelas 7.8. Nama Lengkapnya Ario Putra.