COMEBACK #6
Aku sedang duduk sendiri di balkon kamarku. Bosan, itulah yang aku
rasakan sekarang. Manda, sedang latihan basket dan baru pulang jam 5
sore nanti. Sedangkan, Vee ada kursus bahasa inggris, Ifa ada bimbel,
dan Ami sedang menikmati tidur siangnya. Tetanggaku, Rakka asyik bermain
tenis, di halaman rumahnya seorang diri, dengan lawan tembok. Yupp, itu
hal yang gila. Namun itulah kebiasaan Rakka untuk latihan tenis ketika
pelatihnya tidak bisa datang untuk latihan.
Handphoneku ke mana...
Oh, iya. Sedari tadi tidak aku keluarkan dari tas sekolah. Parah..
Ada 12 pesan yang masuk, lumayan banyak.
1 pesan dari, Ifa, Vee, Wieta, dan Erza. 2 pesan dari Faiz, dan Manda. Dan 4 pesan dari Dikka.
Daripada aku bermalas-malasan. Lebih baik, aku nonton tv di kamar. That good idea !
***
Satu minggu kemudian..
Mulai
hari ini. Manda akan berangkat pagi bersamaku dan menungguku di kantor
jurnalis. Manda benar-benar sahabat yang setia. Seperti pagi ini, Manda
datang jam 06.15 bersamaku. Rencananya, jurnalis dan penyiar Media Cakra
akan ada rapat jam setengah 7. Memang terlalu pagi sih, tapi ini usul
Erza agar tidak mengganggu jam belajar. Jadi pelajaran kami tak ada yang
terganggu.
"Inti rapat hari ini, keputusan dari Pak Rahmat" Rakka mengawali pembicaraan
"Pak Rahmat itu siapa ?" tanya Tio sambil mengelus kepalanya yang nyaris botak
"KEPALA SEKOLAH !!" semua menjawab kencang ke arah, anak yang paling sering lupa dan hobby tidur ini
"Ooh.." mulut Tio membulat
"Jadi,
Jurnalis dan peyiar khusus bidang Media akan dipisahkan dari OSIS.
Karena dianggap bisa berdiri sendiri sebagai salah satu eskul di
sekolah" Rakka menarik nafas
"Terus, bagaimana dengan bidang mading ?" tanya Dara
"Katanya,
untuk mengganti bagian media. OSIS akan membentuk Seksi Informasi,
anggotanya 5 orang, Kak Yunda, Kak Jali, Tasya, Sherin, dan Fino. Jadi,
Organisasi baru ini, namanya akan berubah menjadi MEDIA SEKOLAH, dan
akan mengurus bagian Radio, Majalah, dan Liputan. Tapi..." Rakka
melanjutkan ucapannya
"Aduh, pakai tapi-tapi segala" keluh Wieta
"Dengerin dulu !!" pinta Kevin
"Tapi,
anggota Media Sekolah harus ada 15 orang. Dan kita harus cari 3 anggota
lagi. Besok, kita harus dapat 3 anggota itu. Karena besok bakalan
di-sahkan ama kepsek. Jadi, gue harap hari ini ada calon buat anggota
baru. Jam 3 kita ketemu di sekolah lagi, dengan 3 calon anggota baru"
Rakka menyudahi rapat tepat pukul 07.00
***
"Nin, loe ngusulin siapa ?" tanya Satria
"Ma..." ucapanku terpotong
"Kalau, Gue, Faiz, ama Wieta ngusulin Manda" sambung Satria cepat
"Ya, aku juga itu" ujarku
Aku
segera naik ke lantai 3 tempat kelasku berdiri kokoh di sana, kelas 7.2
tempat di mana aku bisa merasakan ketenangan, keceriaan, kebahagian,
ketakutan dan semuanya. Hmmm..
Wieta sedang membagikan
pengumuman untuk mencari anggota Media Sekolah. Dan yang ingin menjadi
anggota diharapkan mengisi formulis di bawahnya, formulir yang dibagikan
terbatas, hanya 10 formulir. Kelasku kebagian 2 formulir. Manda udah
dapat satu formulir, karena Manda tertarik ikut menjadi jurnalis
sekolah, dan formulir terakhir dibagikan kepada..Dikka.
***
Aku, Rakka, dan Erza sedang menyeleksi formulir tadi.
Ada 12 orang, yang mencalonkan diri, antara lain :
Fero 7.1
Aryo 7.1
Manda 7.2
Dikka 7.2
Brian 7.3
Saskia 7.4
Risa 7.5
Shasa 7.6
Rika 7.8
Dino 7.8
Sedangkan 2 formulir lain, tak ada yang mendaftar.
"Gi mana nih ? Aku sih.. milih Manda, Brian dan Saskia" ujar Rakka
"Gue.. hmmm Manda, Dikka dan Brian. Loe, Na ?" tanya Erza
"Hmm, Manda, Brian dan Shasa" ujarku
"Panggil yang lain aja, kita voting.." usul Erza
***
"Masing-masing pilih satu orang" komandoku sambil memegang secarik kertas dan pulpen.
2 menit kemudian.. Kardus air mineral sudah penuh dengan kertas berisi nama calon anggota Media Sekolah.
"Kenapa sih, pakai voting-voting segala ?" tanya Dara
"Kayak milih anggota DPR aja.." sambung Kevin
Hasil voting..
3 suara untuk Manda
3 suara untuk Brian
1 suara untuk Shasa
3 suara untuk Aryo
1 suara untuk Rika
dan 1 suara untuk Saskia.
"Jadi, anggota baru jurnalis dan media sekolah Manda, Brian dan Aryo" ujar Rakka
Prokk..prokk...prokk.. Apa yang harus ditepuk tanganin ? Tapi, ya yang penting happy.
Dan, terbentuklah, eskul baru Media Sekolah yang mengelola Majalah Cakra atau Cakra Magazine, dan Cakra FM.
***
Hari
ini, aku dan Manda berangkat siang, jam 7 lewat kami baru sampai di
sekolah, karena kebetulan tidak ada kegiatan di media sekolah.
Mengejutkan,
baru pagi ini aku datang ke sekolah dan di sambut suasana yang sengit.
Tidak biasanya, bahkan tak pernah. Klub futsal kelasku adu mulut. Dari
16 laki-laki di kelasku, 9 diantaranya terdaftar sebagai pemain futsal
di kelasku. Dan 5 lainnya ikut dalam tim basket kelas. Sisanya ikut
dalam eskul pramuka. Klub futsal adu mulut karena pemilihan kapten,
sejak Rakka dua hari lalu mengundurkan diri. Dan sekarang klub futsal
terbagi dua kubu, kubu Ridwan dan Kubu Dheo. Sementara tim, basket masih
tenang-tenang saja.
***
Dua hari berlalu..
Kini
giliran tim basket kelasku yang ribut, alasannya karena masalah sepele,
Toni dan Dion tidak terima jadi pemain cadangan, padahal selama ini
semua fine-fine aja. Bahkan aku tidak pernah mendengar pepecahan antara
mereka.
Bukan hanya itu, beberapa siswi yang lain ikut beradu
mulut, dan saling bermusuhan. Contohnya saja, Shania dan Reika yang
terkenal bersahabat sejak semester awal, bermusuhan karena hal-hal yang
tidak jelas. Viona, Wieta dan Tania, yang terkenal akrab juga
ikut-ikutan ribut hanya karena gosib antara mereka. Aku tak tahu titik
jelas sehingga ada badai permusuhan di kelas 7.2. Dan ini membuatku
tidak betah berada di kelas, jadi aku lebih sering di ruangan media
sekolah.
Hari ini, Selasa. Tepat, piketku di Media sekolah bersama Erza, Wieta, dan Rio. Berarti kami akan pulang sore.
Aku melihat Wieta tertunduk lesu di meja sehabis menyiar Radio. Sendiri..
"Wie.. kenapa ?" tanyaku pelan
"Nina.
Sebelumnya aku gak pernah sampai bertengkar dengan Vio dan Tania sampai
seperti ini. Ini semua karena Fazha !! Tania gak mungkin bisa
kepengaruh dengan fitnah Fazha. Aku benci Fazha !!" Wieta terisak
dipundakku
"Fazha ? Karena murid baru itu ?" tanyaku
"Iya !
Fazha ! Seandainya anak centil kayak dia gak masuk ke kelas kita.
Mungkin hidup gue bakalan tenang-tenang aja" sambung Wieta
"Sabar, ya.." aku mengusap punggung Wieta
"Sebentar lagi, Vee bakalan jemput aku. Dan, Vee bisa menjelaskan yang lebih detail" Wieta mengusap air matanya
Benar saja, 5 menit kemudian Vee datang, mungkin ia naik angkot ke sini.
"Wieta, yang sabar. Fazha memang begitu, aku kenal dia udah lama" Vee mengusap rambut Wieta yang bergelombang
"Kenal lama ?" aku mengkerutkan dahiku
"Iya,
Fazha, sahabat lamaku, mungkin sama seperti kamu yang punya sahabat
lama kayak Rio. Tapi, Rio selalu baik sama kamu" Vee tersenyum pada Rio
yang sedang menyapu ruangan Media Sekolah
"Fazha, dulu dia anak
yang baik. Tapi, dia suka merebut kebahagiaan orang lain. Dia gak suka
orang lain itu bahagia, tanpa ia juga bahagia. Kamu tau, Riana ? Dia
juga merebutnya dari aku, sahabatku sendiri. Dan, Faiz.. Faiz mantannya
Fazha. Duo F" cerita Vee
"Hah ?" aku dan Wieta sama-sama tercengang
"Yups, iya. Awalnya itupun karena Fazha yang mengidolakan Faiz" ujar Vee
"Parah banget deh, Fazha itu" ujar Wieta
"Banget" sambungku
"Hmm, Wiet, pulang yuk, setengah jam lagi aku ada bimbel" ujar Vee
"Oke, Nin. Gue pulang duluan ya ? Mau bareng ?" tanya Wieta
"Boleh deh" aku mengangguk dan pulang bersama Wieta dan Vee
***
Hmm,
aku sudah tau dalang dari perpecahan tim basket dan klub futsal
dikelasku karena siapa. Karena Dikka, sobat lama. Dan, perpecahan
diantara siswi perempuan karena Fazha, anak yang gak bisa jauh dari yang
namanya kipas.
Hari ini, Dikka mengajakku ketemuan di
Depot Es Krim di depan kompleks. Rencananya aku akan mengajak Rio, yang
juga teman lamaku saat SD, tepatnya sahabatku. Kenapa aku gak ngajak
Faiz ? Terserah gue donk. Lagian Faiz bukan temen SD. :P
"Hai, Ka" aku dan Rio duduk di bangku depan Dikka
"Hai, Na. Hai, Yo" Dikka melemparkan senyum padaku dan Rio
"Kenapa, Ka ?" tanyaku to the point
"Soal masalah di kelas" Dikka tertunduk sambil memerhatikan es krim chocochips yang dipesannya
"Tunggu-tunggu" Rio mennghentikan pembicaraan
"Dikka,
tetap setia sama Es Krim Chocochips. Sama kayak kelas 5 dulu, waktu
terakhir Nina dan Dikka makan es krim sama-sama" ujar Rio
Aku tersipu, tak menyangka sahabatku sendiri ingat moment masa lalu
Dikka tersenyum tipis
"Nin,
pesan es krim apa ? Aku sih es krim coklat. Kamu chocochips ya" Rio
berlalu dan memesankan es krim tanpa menunggu persetujuan dariku. Tapi,
it's okey.
"Masalah di kelas. Sebenarnya aku gak bermaksud sampai membuat sebagian kelas kita bermusuhan" ujar Dikka
"Terus ? Apa maksud loe sampai mereka bertengkat kayak gitu ! Gak ada untungnya, Ka" aku mengencangkan volume suaraku
"Maaf.." Dikka merasa bersalah
"Percuma,
gak ada gunanya minta maaf ke gue ! Minta maaf ke mereka. Dan buat
mereka bisa sahabatan kayak dulu lagi" aku sedikit kesal
"Oke. Gue
janji didepan Nina Arisa Putri. Dua hari kedepan akan mendamaikan
perpecahan antara tim basket dan klub sepak bola" Dikka tersenyum dengan
seikat janji, janji yang lumayan sulit untuk ditepati
"Oke. Apa alasan loe sampai buat mereka bertengkar gitu ?" aku mencicip es krim chocochips yang baru dibawakan Rio
"Karena, Fazha" Dikka tertunduk
"Astaga !! Nenek lampir itu !" pekik Rio
Aku mengisyaratkan untuk diam
"Iya.
Fazha. Dia yang nyuruh katanya supaya bisa mencari perhatian anak kelas
7.2. Jadi kami berdua sebagai murid baru bisa berbaur lebih cepat" ujar
Dikka
"Norak banget, Fazha. Caranya gak gini juga kali !
Anak-anak 7.2 bakalan nerima siapa aja, asal bisa jadi temen yang baik.
Terus, kenapa juga loe mau ?" ujarku sedikit keras
"Setuju" ujar Rio
"Fazha, mantan gue. Kemarin putus. Dan aku merasa bersalah. I'm so sorry" Dikka menunduk
"Loe, sama noraknya kayak nenek lampir itu" ujar Rio
"Ssst..
Oke, buktikan janji loe tadi ! Gue sama Rio pulang dulu, mau ke Media
Sekolah. Udah dipanggil sama Erza buat menyiarkan radio sore ini. Bye.."
ujarku lalu pergi
"Bye.. Chocochips" Rio tersenyum
Aku mncubit lengan sahabatku ini
"Apaan sih, chocochips segala" aku merengut
"Panggilan lama Nina dan Dikka.. Oph.. Oke-oke ntar gue dijitak Faiz" ujar Rio yang langsung menutup mulutnya.
Aku, Rio dan Erza akan menjadi penyiar radio sekolah, sore ini. Ada juga Dara dan Wieta yang menyelesaikan majalah sekolah.